JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini diprediksi akan bergerak fluktuatif, tetapi kemungkinan ditutup melemah dalam kisaran Rp15.850 hingga Rp15.950 per dolar AS. Pada perdagangan Kamis, 14 November 2024, rupiah ditutup melemah 0,49 persen atau turun 78 poin ke posisi Rp15.862 per dolar AS, sementara indeks dolar menguat 0,17 persen ke posisi 106,575.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal, termasuk tanda-tanda inflasi Amerika Serikat yang tetap kuat.
"Data inflasi di AS untuk bulan Oktober sesuai ekspektasi, tetapi menunjukkan bahwa tekanan inflasi masih tinggi. Hal ini memicu ketidakpastian pasar mengenai pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed," ujar Ibrahim dalam riset yang dirilis Kamis, 14 November 2024.
Faktor AS dan Prospek Kebijakan The Fed
Tekanan inflasi di AS memberikan dampak besar terhadap ekspektasi suku bunga.
Meskipun The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu lalu, pendekatan kebijakan moneter mereka tetap berorientasi pada data ekonomi. Investor pun saat ini menunggu arahan lebih lanjut dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang diperkirakan akan memberikan sinyal terkait kebijakan moneter AS dalam waktu dekat.
Ibrahim menambahkan bahwa kepemimpinan baru di AS, yang dipimpin oleh Donald Trump, dapat berpotensi menghadirkan kebijakan yang cenderung pro-inflasi. Prospek ini membuat para pelaku pasar semakin waspada terhadap kemungkinan ketidakpastian suku bunga jangka panjang.
Dampak Kebijakan China dan Penantian Stimulus Tambahan
Sementara itu, kondisi ekonomi di China juga menjadi perhatian pelaku pasar. Putaran kebijakan fiskal terakhir yang diumumkan Beijing belum mampu memberikan dampak besar pada pasar, dan investor kini menantikan langkah-langkah stimulus yang lebih terarah.
Bank Rakyat China (PBOC) diharapkan akan memutuskan suku bunga acuan pada minggu depan, meskipun analis ragu akan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut setelah PBOC sudah memangkas suku bunga pada bulan Oktober.
Pemerintah China diperkirakan akan menguraikan lebih banyak langkah stimulus pada pertemuan politik yang dijadwalkan pada Desember mendatang.
"Kondisi ini turut memengaruhi pergerakan mata uang Asia, termasuk rupiah, yang cenderung terpengaruh oleh ketidakpastian kebijakan fiskal dan moneter dari ekonomi terbesar kedua dunia tersebut," kata Ibrahim.
Proyeksi: Rupiah Ditutup Melemah
Dengan adanya tekanan eksternal dan minimnya sentimen positif domestik, Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif pada akhir pekan ini, namun kemungkinan besar ditutup melemah di kisaran Rp15.850 hingga Rp15.950 per dolar AS.
"Ketidakpastian arah kebijakan dari bank sentral AS dan harapan stimulus dari China masih akan mendominasi sentimen pasar pada perdagangan hari ini," tutupnya.
Pergerakan nilai tukar yang dipengaruhi oleh faktor global ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih perlu memperkuat ketahanan sektor domestik dalam menghadapi tekanan eksternal, terutama di tengah ketidakpastian kebijakan moneter di negara-negara besar.