JAKARTA – PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN), emiten telekomunikasi yang tergabung dalam Grup Sinarmas, melaporkan hasil keuangan yang kurang menggembirakan untuk periode Januari-September 2024.
Perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp1 triliun, meningkat tajam dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp575,1 miliar. Rugi bersih ini menunjukkan kenaikan sebesar 68,05% secara tahunan (year-on-year).
Penurunan Pendapatan dan Kenaikan Beban Usaha
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Smartfren mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp8,54 triliun hingga akhir September 2024, meskipun mengalami penurunan sebesar 1% dibandingkan dengan pendapatan Rp8,62 triliun yang tercatat pada periode yang sama di tahun 2023.
Pendapatan usaha ini didorong oleh sektor data, yang berkontribusi sebesar Rp7,47 triliun, diikuti oleh pendapatan non-data sebesar Rp322,6 miliar dan pendapatan interkoneksi yang tercatat sebesar Rp204,12 miliar. Selain itu, pendapatan lain-lain tercatat Rp538,7 miliar.
Namun, meskipun pendapatan cukup besar, Smartfren menghadapi peningkatan beban usaha yang signifikan. Beban usaha perusahaan naik 4,78% menjadi Rp8,7 triliun dari sebelumnya Rp8,31 triliun, yang turut memberikan tekanan pada kinerja keuangan.
Akibatnya, perusahaan membukukan rugi usaha sebesar Rp164,1 miliar, berbalik dari laba bersih Rp319,18 miliar yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan Rugi Bersih dan Penurunan Aset
Dengan kombinasi antara penurunan pendapatan dan kenaikan beban usaha, Smartfren akhirnya tercatat membukukan rugi bersih yang lebih besar. Rugi bersih Rp1 triliun hingga September 2024 memperburuk catatan kinerja perusahaan, terutama dibandingkan dengan rugi bersih Rp575,1 miliar pada tahun lalu.
Hal ini menandakan tantangan yang lebih besar bagi perusahaan untuk menjaga pertumbuhan laba di tengah kompetisi yang ketat di industri telekomunikasi.
Sementara itu, total aset Smartfren tercatat sebesar Rp42,4 triliun pada akhir September 2024, mengalami penurunan dari posisi aset yang tercatat sebesar Rp45,04 triliun pada akhir tahun 2023. Meski demikian, liabilitas perusahaan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, turun menjadi Rp20,76 triliun dari sebelumnya Rp29,3 triliun per Desember 2023.
Di sisi positif, Smartfren berhasil mencatatkan peningkatan ekuitas yang cukup signifikan, yang naik menjadi Rp21,7 triliun pada akhir September 2024, dibandingkan dengan Rp15,67 triliun pada akhir Desember 2023.
Tantangan di Tahun 2024
Kinerja yang kurang menggembirakan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh Smartfren di tahun 2024, terutama terkait dengan persaingan yang semakin ketat di sektor telekomunikasi serta beban operasional yang terus meningkat.
Meski pendapatan dari layanan data masih menjadi pendorong utama, perusahaan harus mengatasi berbagai tantangan eksternal dan internal agar dapat kembali mencatatkan kinerja yang lebih baik di sisa tahun ini.
Investor dan pengamat pasar kini akan memperhatikan langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh manajemen Smartfren untuk memperbaiki kinerja keuangan mereka, termasuk efisiensi operasional dan inovasi layanan guna tetap bersaing di pasar yang semakin kompetitif.