Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan peningkatan signifikan dalam kapitalisasi pasar modal Indonesia pada tahun 2024.
Dengan angka mencapai Rp 12.336 triliun, ini menunjukkan kenaikan sebesar 2,79 persen secara month to date (mtd) dan 5,74 persen secara year to date (ytd) dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang bernilai Rp 11.674 triliun. Meski dihadapkan dengan tantangan ekonomi global, pasar modal Indonesia terus menunjukkan daya tahannya, Rabu, 8 Januari 2025.
Menurut Kepala Eksekutif Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, nilai kapitalisasi pasar ini adalah sebuah indikator positif dari langkah pengembangan yang telah dilakukan. “Nilai kapitalisasi pasar tercatat Rp 12.336 triliun atau naik 2,79 persen month to date (mtd) atau secara year to date (ytd) naik 5,74 persen,” jelasnya pada Rabu, 8 Januari 2025.
Namun, di tengah berita positif ini, Inarno juga mencatat bahwa investor non-resident melakukan aksi net sell senilai Rp 5,03 triliun secara mtd, meskipun mereka mencatatkan net buy sebesar Rp 16,53 triliun secara ytd. Hal ini menunjukkan kecenderungan investor asing mengambil keuntungan jangka pendek sementara masih menunjukkan kepercayaan jangka panjang terhadap pasar Indonesia.
Penurunan IHSG dan Pasar Obligasi
Pada akhir tahun 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,48 persen secara mtd menjadi 7.079,91, dan menurun 2,65 persen ytd. “Di tengah sentimen kondisi perekonomian global, pasar saham domestik 2024 (IHSG) ditutup melemah,” papar Inarno.
Di sektor obligasi, meskipun terjadi peningkatan tahunan sebesar 4,82 persen ke level 392,66, pasar juga mencatat penurunan mtd sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi di tengah aksi penjualan bersih sebesar Rp 2,91 triliun oleh investor non-resident secara mtd dan Rp 5,53 triliun ytd.
Aksi Korporasi dan Pasar Uang: Kenaikan AUM dan Aktivitas Securities Crowdfunding
Industri pengelolaan investasi mencatat nilai Asset Under Management (AUM) sebesar Rp 839,39 triliun, meskipun mengalami penurunan 0,55 persen mtd, namun meningkat 1,78 persen ytd. Reksadana juga menunjukkan aktivitas positif dengan net subscription Rp 5,05 triliun mtd, walaupun ada net redemption Rp 1,82 triliun ytd.
Sementara itu, penghimpunan dana di pasar modal menunjukkan tren positif, dengan penawaran umum mencapai Rp 259,24 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 43 emiten baru melakukan fundraising. "Penghimpunan dana di pasar modal menunjukkan tren yang cukup positif," ungkap Inarno.
Dalam ranah Securities Crowdfunding, hingga akhir Desember 2024, sebanyak 18 penyelenggara telah mendapatkan izin dari OJK dengan 713 penerbit efek yang aktif. “Total dana yang dihimpun dari SCF mencapai Rp 1,36 triliun,” tambah Inarno.
Bursa Karbon: Langkah Menuju Ekonomi Berkelanjutan
Sejak diluncurkan pada akhir September 2023, Bursa Karbon mencatat perkembangan pesat dengan 100 pengguna jasa terdaftar dan total volume 908 ribu ton CO2 ekuivalen, setara dengan transaksi Rp 50,64 miliar. Hal ini mencerminkan kesadaran yang meningkat terhadap ekonomi berkelanjutan di kalangan pelaku usaha.
Langkah Regulator dan Perlindungan Konsumen
Dalam upaya meningkatkan pengaturan dan memberikan perlindungan pada konsumen, OJK telah menjatuhkan sanksi administratif dengan denda total sebanyak Rp 3,33 miliar kepada beberapa pihak, termasuk emiten dan auditor. Selain itu, OJK juga memperkuat kerangka regulasi melalui penerbitan sejumlah Peraturan OJK (POJK) baru, termasuk POJK Nomor 18 tahun 2024 tentang penyedia likuiditas dan aturan lainnya yang bertujuan memperkuat industri pasar modal Indonesia.
Untuk tahun-tahun mendatang, OJK berkomitmen terus mendukung penguatan pasar modal sebagai bagian dari upaya mempertahankan stabilitas ekonomi nasional di tengah dinamika ekonomi global. Ke depannya, sinergi dan koordinasi antara berbagai pihak di pasar modal diharapkan dapat terus memacu pertumbuhan yang berkelanjutan.