Perbanyak EBT, Ini Daftar Pembangkit Ramah Milik PLN Indonesia Power

Jumat, 22 September 2023 | 08:56:10 WIB

JAKARTA— Wasis Jati Waskitho, Wakil Presiden Perencanaan dan Pengendalian Operasional Energi Terbarukan Baru di PLN Indonesia Power (IP), menjelaskan bahwa PLN IP, sebagai subholding dari PLN Grup, telah berhasil mengelola 575 megawatt (MW) atau 24% dari total 2,3 GW energi panas bumi yang sudah dikembangkan.   Selanjutnya, ia menyebutkan bahwa PLN IP telah mengelola berbagai pembangkit listrik geothermal milik PLN di berbagai lokasi di seluruh Indonesia, seperti PLTP Ulubelu di Tanggamus Lampung, PLTP Gunung Salak di Bogor, PLTP Kamojang di Kabupaten Bandung, PLTP Darajat di Garut, PLTP Lahendong di Manado, Sulawesi Utara, dan PLTP Ulumbu di Nusa Tenggara Timur.   “Semua pembangkit listrik geothermal yang dikelola oleh PLN IP memiliki tingkat efisiensi hampir mencapai 90%, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan pembangkit energi baru terbarukan lainnya,” kata Wasis.   Wasis juga menegaskan komitmen PLN IP untuk meningkatkan penggunaan pembangkit listrik panas bumi yang sudah ada. Ia mengatakan, PLN IP siap mendukung inisiatif pemerintah dalam mengidentifikasi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) sebagai bagian dari pemetaan potensi geothermal di Indonesia.   Beberapa WKP yang telah diidentifikasi meliputi Danau Ranau di Sumatera Selatan dan Lampung Barat dengan kapasitas 20 MW, Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat dengan kapasitas 2x20 MW, Gunung Ungaran di Jawa Tengah dengan kapasitas 55 MW, Kepahiang di Bengkulu dengan kapasitas 2x55 MW, Oka Ile Ange di NTT dengan kapasitas 2x5 MW, Gunung Sirung di NTT dengan kapasitas 5 MW, Tulehu di Maluku Tengah dengan kapasitas 2x10 MW, Atadei 2x5 MW di Nusa Tenggara Timur, serta Songa Wayaua di Halmahera Selatan dengan kapasitas 2x5 MW.   “Potensi-potensi inilah yang nantinya akan dikembangkan dalam beberapa tahun mendatang, dengan studi yang sudah dilakukan dan potensi yang sangat besar. Rencananya akan melibatkan hampir seluruh wilayah Indonesia,” tutup Wasis.

Terkini