Revenue Per Share Adalah: Pengertian dan Cara Hitungnya

Revenue Per Share Adalah: Pengertian dan Cara Hitungnya
revenue per share adalah

Jakarta - Revenue per share adalah istilah yang kerap ditemui para pelaku usaha maupun investor ketika menilai kinerja sebuah perusahaan. 

Istilah ini berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan selama menjalankan operasional bisnisnya. 

Dalam konteks keuangan, pendapatan menggambarkan total pemasukan yang diterima perusahaan dari pelanggan, baik perusahaan tersebut bergerak di bidang jasa, produksi, maupun perdagangan barang impor.

Baca Juga

OJK Jelaskan Skema Koordinasi Manfaat Asuransi dan BPJS Kesehatan

Pendapatan menjadi salah satu komponen penting dalam laporan keuangan karena mencerminkan performa bisnis dalam periode tertentu. 

Angka tersebut biasanya menjadi fokus utama bagi analis maupun investor ketika menilai kelayakan sebuah perusahaan, terutama terkait kemampuan menghasilkan keuntungan serta prospek pertumbuhan ke depan. 

Umumnya, pendapatan dicantumkan pada bagian paling atas laporan laba rugi, sehingga sering disebut sebagai “topline”.

Laporan keuangan perusahaan sendiri mencakup sejumlah komponen seperti neraca, laporan laba rugi, hingga laporan arus kas. 

Melalui dokumen inilah investor dapat meninjau kondisi finansial perusahaan secara menyeluruh, termasuk mengevaluasi potensi risiko dan peluang investasinya. 

Perusahaan biasanya menyajikan pendapatan secara triwulanan maupun tahunan agar pembacaan kinerja dapat dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu.

Dengan memahami apa itu pendapatan, langkah selanjutnya adalah mengenal metrik turunannya, yaitu Revenue Per Share (RPS). 

Metrik ini bertujuan memberikan gambaran mengenai besarnya pendapatan yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. 

Pemahaman mengenai RPS membantu investor melihat nilai dan potensi perusahaan secara lebih spesifik, terutama dalam menganalisis daya saing dan potensi pertumbuhan jangka panjang.

Informasi ini penting khususnya bagi individu yang ingin memperdalam pengetahuan seputar analisis fundamental dan menilai kualitas sebuah perusahaan sebelum mengambil keputusan investasi. 

Dengan memahami konsep RPS dan berbagai elemen laporan keuangan terkait, investor dapat membuat pertimbangan yang lebih matang dan terarah.

Itulah pengantar yang menjelaskan konteks pendapatan perusahaan sebelum masuk lebih jauh ke definisi dan fungsi RPS. 

Jadi, revenue per share adalah indikator penting yang membantu menilai seberapa besar pendapatan perusahaan ketika dibagi berdasarkan total saham yang beredar.

Definisi Revenue Per Share Adalah

Revenue per share adalah metrik yang menunjukkan besaran pendapatan yang diperoleh perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. 

Kenaikan angka ini selama periode tertentu biasanya menjadi indikator positif tentang kinerja keuangan perusahaan.

Dengan memahami angka RPS, setiap pemegang saham dapat menilai klaim atas pendapatan perusahaan secara lebih jelas. 

Perusahaan dengan RPS tinggi umumnya dianggap memiliki performa finansial yang baik. Namun, untuk menilai kesehatan keuangan secara menyeluruh, tidak cukup hanya mengandalkan RPS.

Faktor lain, seperti biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, juga perlu diperhitungkan. 

Jika pendapatan lebih besar daripada pengeluaran, perusahaan mencatat laba. Sebaliknya, apabila biaya lebih tinggi daripada pendapatan, perusahaan akan mengalami kerugian. 

Analisis menyeluruh seperti ini memberikan gambaran lebih akurat tentang kondisi finansial dan profitabilitas perusahaan.

Kategori Revenue Per Share (RPS)

Berdasarkan konsep pendapatan per saham yang telah dijelaskan sebelumnya, stabilitas pendapatan merupakan faktor penting dalam menilai prediktabilitas kinerja perusahaan. 

Perusahaan yang mampu menghasilkan pendapatan secara konsisten cenderung dianggap lebih andal oleh investor, karena mereka memberikan indikasi pertumbuhan yang dapat diprediksi. 

Hal ini memudahkan investor dalam membuat keputusan terkait investasi jangka panjang, termasuk menilai risiko dan potensi keuntungan.

Peter Lynch, seorang investor terkenal, membagi perusahaan berdasarkan pertumbuhan pendapatan per saham mereka selama sepuluh tahun terakhir. 

Klasifikasi ini membantu investor memahami karakteristik pertumbuhan dan memilih saham yang sesuai dengan strategi investasi mereka. Berikut kategorinya:

1. Pertumbuhan Lambat
Perusahaan dikategorikan sebagai pertumbuhan lambat jika tingkat pertumbuhan pendapatan per sahamnya selama sepuluh tahun terakhir berada di antara inflasi hingga 10% per tahun. 

Perusahaan dengan pertumbuhan lambat biasanya merupakan perusahaan yang lebih stabil dan mapan, namun kenaikan pendapatannya relatif kecil. 

Meskipun risiko kerugian lebih rendah, potensi keuntungan besar dari pertumbuhan pendapatan juga terbatas.

2. Pertumbuhan Moderat atau Kuat
Perusahaan dengan pertumbuhan tahunan antara 10% hingga 20% termasuk dalam kategori pertumbuhan moderat atau kuat. 

Ini adalah perusahaan yang menunjukkan kemampuan konsisten untuk meningkatkan pendapatan dengan laju yang sehat. 

Menurut Lynch, kategori inilah yang paling disukai investor, karena pertumbuhan pendapatannya cukup signifikan untuk memberikan keuntungan, namun tidak terlalu agresif sehingga risiko fluktuasi ekstrem lebih tinggi. 

Perusahaan semacam ini biasanya sudah memiliki model bisnis yang terbukti, pangsa pasar yang stabil, dan manajemen yang mampu mengelola pertumbuhan dengan baik.

3. Pertumbuhan Pesat
Perusahaan dikategorikan sebagai pertumbuhan pesat jika tingkat pertumbuhan pendapatan per sahamnya lebih dari 20% per tahun selama sepuluh tahun terakhir.

Meskipun terlihat menarik karena potensi keuntungan besar, perusahaan pertumbuhan pesat sering kali menghadapi risiko yang lebih tinggi, termasuk volatilitas pendapatan, persaingan yang ketat, atau tantangan dalam mempertahankan ekspansi jangka panjang. 

Investor yang memilih saham jenis ini biasanya siap menghadapi risiko lebih besar demi peluang imbal hasil tinggi.

Secara keseluruhan, Peter Lynch menekankan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan moderat atau kuat sering menjadi pilihan ideal bagi investor jangka panjang. 

Hal ini karena perusahaan tersebut menunjukkan keseimbangan yang baik antara pertumbuhan dan stabilitas, memungkinkan investor mendapatkan keuntungan yang konsisten tanpa mengambil risiko ekstrem. 

Dalam praktiknya, menganalisis tren pendapatan per saham selama beberapa tahun terakhir dapat membantu investor mengidentifikasi perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang sehat, manajemen yang baik, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan pasar.

Selain itu, mempertimbangkan faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, industri, dan persaingan juga penting. 

Perusahaan dengan pertumbuhan moderat yang berada di industri stabil biasanya lebih tahan terhadap fluktuasi pasar dan memberikan kepastian lebih tinggi bagi investor. 

Dengan demikian, kombinasi antara pertumbuhan pendapatan yang konsisten, manajemen yang andal, dan posisi industri yang kuat menjadi indikator kunci dalam memilih saham berkualitas.

Cara Menghitung Revenue Per Share (RPS)

Revenue Per Share (RPS) Kuartalan dan Trailing 12 Bulan

Revenue per share kuartalan dihitung dengan membagi total pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu kuartal dengan jumlah saham yang beredar. Rumus sederhananya:

Revenue Per Share (Quarter) = Total Pendapatan Kuartal ÷ Saham yang Beredar

Sementara itu, untuk menghitung pendapatan per saham dalam jangka waktu 12 bulan terakhir, digunakan konsep Trailing Twelve Months (TTM). 

Cara menghitungnya adalah dengan membagi total pendapatan selama 12 bulan terakhir dengan rata-rata saham yang beredar dalam periode yang sama:

Revenue Per Share (TTM) = Total Pendapatan 12 Bulan ÷ Rata-rata Saham Beredar 12 Bulan

Sebagai ilustrasi, misalnya sebuah perusahaan memperoleh total pendapatan sebesar 500 juta rupiah dan memiliki 100 juta lembar saham yang beredar. Maka perhitungannya menjadi:

RPS = 500 juta ÷ 100 juta = 5

Artinya, setiap saham yang beredar menghasilkan 5 unit pendapatan bagi perusahaan.

Namun, penting untuk diingat bahwa angka pendapatan ini bisa dipengaruhi oleh cara perusahaan mencatat transaksi. 

Misalnya, perusahaan bisa mencatat penjualan sebelum pembayaran diterima sepenuhnya, atau sebelum produk/jasa benar-benar diberikan. 

Pendekatan ini dapat memengaruhi laporan keuangan dan muncul sebagai pos di neraca, seperti piutang atau hutang. 

Oleh karena itu, investor perlu meninjau laporan keuangan dengan teliti dan memahami metode pencatatan pendapatan yang digunakan.

Sebagai penutup, memahami revenue per share adalah kunci menilai kinerja perusahaan, membantu investor menilai profitabilitas dan potensi pertumbuhan saham dengan tepat.

Enday Prasetyo

Enday Prasetyo

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional

Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional

Dekarbonisasi Konstruksi Jadi Fokus Utama Insinyur dan Industri di Indonesia

Dekarbonisasi Konstruksi Jadi Fokus Utama Insinyur dan Industri di Indonesia

Harga Pangan Hari Ini 5 Desember 2025 Turun, Beras Premium dan Medium Lebih Terjangkau

Harga Pangan Hari Ini 5 Desember 2025 Turun, Beras Premium dan Medium Lebih Terjangkau

OJK Jelaskan Skema Koordinasi Manfaat Asuransi dan BPJS Kesehatan

OJK Jelaskan Skema Koordinasi Manfaat Asuransi dan BPJS Kesehatan

Pemerintah Perkuat Regulasi Untuk Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

Pemerintah Perkuat Regulasi Untuk Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak