JAKARTA - Tim BSI Explore 2025 dari Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Tasikmalaya melakukan penelusuran sejarah ke Pesantren Nurul Falah Sirnasari, salah satu pesantren bersejarah yang didirikan oleh KH Mama Aceng Qosim Kurnia di daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya.
Kegiatan yang berlangsung dari 6 hingga 27 Februari 2025 ini bertujuan untuk menggali semua potensi yang ada di desa, baik dari sektor pendidikan, wisata, maupun sejarah. Penelusuran ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi mahasiswa mengenai perjuangan dan dedikasi ulama dalam menyebarkan ilmu agama di Tasikmalaya.
Asy Syaima Attofah Mujahidah, salah satu anggota tim BSI Explore UBSI Kampus Tasikmalaya, menyatakan bahwa perjalanan ini memberikan pengalaman berharga dalam memahami peran penting KH Mama Aceng Qosim Kurnia dalam pengembangan pendidikan Islam di daerah tersebut. "Kami terinspirasi perjalanan hidup KH Mama Aceng Qosim Kurnia. Beliau tak hanya mendirikan pesantren sebagai pusat pendidikan, tetapi juga menjadi panutan akhlak dan kepemimpinan di tengah masyarakat," ujarnya.
KH Mama Aceng Qosim Kurnia, atau yang akrab disapa Mama Aceng, merupakan salah satu tokoh penting dalam tradisi Lima Ulama Salopa (LIMUS). Lahir dari keluarga sederhana, beliau menempuh pendidikan agama di berbagai pesantren besar sebelum akhirnya mendirikan Pesantren Nurul Falah Sirnasari pada tahun 1960. Seiring waktu, pesantren ini terus berkembang dan menjadi pusat pembelajaran Islam yang berpengaruh di Tasikmalaya.
Yani Sri Mulyani, dosen pembimbing lapangan dalam BSI Explore, menekankan bahwa kegiatan ini tidak sekadar eksplorasi sejarah, tetapi juga menjadi sarana bagi mahasiswa untuk memahami nilai-nilai luhur yang diwariskan para ulama. "Melalui program ini, mahasiswa dapat belajar langsung dari sumber sejarah, mendokumentasikan perjalanan hidup tokoh agama, dan mengambil pelajaran berharga untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Selain mendalami sejarah pesantren, tim BSI Explore juga menggali kisah legendaris Mama Aceng, termasuk pengalamannya menghadapi ancaman kelompok DI/TII pada tahun 1954. Kejadian ini semakin memperkuat keyakinan masyarakat terhadap kebijaksanaan dan kewibawaan Mama Aceng dalam menghadapi berbagai tantangan.
Pesantren Nurul Falah Sirnasari hingga kini tetap menjadi pusat pendidikan yang menanamkan nilai-nilai keislaman dan akhlak mulia kepada santrinya. Meski KH Mama Aceng Qosim Kurnia telah wafat pada 23 November 1999, ajaran dan semangatnya tetap hidup dan menginspirasi generasi penerus.
BSI Explore 2025 membuktikan bahwa memahami sejarah tidak hanya sebatas mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan para ulama dalam membangun pendidikan Islam di Indonesia. Dengan semangat "Ciptakan Prestasi untuk Indonesia," Yani berharap program ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas dalam mengenali serta menjaga warisan budaya dan agama di Tanah Air.