JAKARTA - Pasar minyak global kembali menunjukkan dinamika yang kompleks pada awal pekan ini.
Di tengah prediksi surplus pasokan minyak mentah, harga minyak justru menguat karena ketatnya pasar bahan bakar di beberapa wilayah dan risiko gangguan produksi akibat konflik geopolitik serta sanksi internasional.
Fenomena ini menegaskan bahwa faktor distribusi dan keamanan pasokan kini memegang peran penting dalam menentukan pergerakan harga minyak dunia.
Kenaikan Harga Minyak Mentah Global
Senin, 10 November 2025, harga minyak dunia menguat signifikan. Mengutip Reuters, minyak mentah Brent naik 43 sen atau 0,7%, menjadi US$ 64,06 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) naik 38 sen atau 0,6%, menjadi US$ 60,13 per barel.
Kenaikan ini dipimpin oleh harga produk olahan. Harga bensin berjangka AS ditutup lebih dari 1% lebih tinggi, sementara harga solar berjangka naik hampir 1%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tidak hanya dipengaruhi oleh stok minyak mentah, tetapi juga oleh ketersediaan produk olahan dan kondisi distribusi di tingkat regional.
Patrick De Haan, analis GasBuddy, menyatakan dalam blognya, “Masalah kilang di Great Lakes dan Pantai Barat telah membuat harga tetap tinggi.” Faktor gangguan kilang, menurut De Haan, turut mendorong kenaikan harga bahan bakar meskipun prediksi surplus pasokan minyak mentah menahan kenaikan lebih tinggi.
Penundaan Penerbangan Tingkatkan Permintaan Bahan Bakar
Selain faktor produksi, sisi permintaan juga ikut memengaruhi harga. Penutupan pemerintah federal AS menyebabkan ribuan penerbangan dibatalkan dan ditunda, yang meningkatkan kebutuhan bahan bakar pesawat.
Pada hari Minggu, lebih dari 2.800 penerbangan dibatalkan dan lebih dari 10.200 penerbangan ditunda, menjadikan hari tersebut sebagai hari terburuk untuk gangguan penerbangan sejak penutupan dimulai.
Gangguan transportasi ini diperkirakan meningkatkan permintaan bensin menjelang liburan Thanksgiving, yang juga memberi tekanan pada harga bahan bakar.
Kondisi ini menunjukkan bahwa harga minyak dan produk turunannya tidak hanya dipengaruhi oleh produksi, tetapi juga oleh faktor logistik dan perilaku pasar di tingkat regional.
Gangguan Produksi di Rusia dan Irak
Risiko pasokan di luar AS juga memengaruhi harga minyak global. Di Rusia, kilang Volgograd milik Lukoil menghentikan operasinya setelah diserang pesawat nirawak Ukraina, menurut tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Pada Senin, pasukan Rusia menghancurkan empat pesawat nirawak di dekat pelabuhan Laut Hitam, Tuapse, untuk menekan ancaman lebih lanjut.
Di Irak, Lukoil menyatakan keadaan kahar di ladang minyak West Qurna-2 setelah sanksi Barat membatasi operasional perusahaan.
Gangguan ini semakin diperparah oleh tenggat waktu AS bagi perusahaan untuk memutus hubungan bisnis dengan entitas Rusia pada 21 November, serta kegagalan kesepakatan penjualan aset kepada pedagang Swiss Gunvor.
Pasar Minyak Terbelah Antara Surplus dan Ketatnya Produk Olahan
Pasar minyak saat ini berada dalam kondisi kontradiktif. Volume minyak mentah yang disimpan di laut meningkat, yang biasanya menahan harga. Namun, ketersediaan produk olahan Rusia terbatas, sehingga harga bahan bakar tetap tinggi.
Menurut Tamas Varga, analis PVM, “Pasar minyak terbagi antara meningkatnya volume minyak mentah yang disimpan di laut yang membebani harga minyak dan terbatasnya ketersediaan produk olahan Rusia yang menopang harga bahan bakar.”
Di Asia, volume minyak di atas kapal dilaporkan berlipat ganda beberapa minggu terakhir setelah sanksi membatasi impor ke Tiongkok dan India.
Persediaan di darat juga meningkat di AS. Sementara itu, produksi OPEC+ dan AS tetap tinggi, sehingga meskipun pasokan Rusia menurun, surplus global masih menjadi perhatian utama.
Peran OPEC+ dalam Keseimbangan Pasar
OPEC+, atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutunya, sepakat untuk sedikit meningkatkan produksi pada bulan Desember. Meski demikian, penghentian kenaikan lebih lanjut pada kuartal pertama 2026 mungkin tidak cukup untuk menahan surplus pasokan global.
Menurut Evans, “Bahkan dengan prospek berkurangnya pasokan Rusia dan pembekuan kuota produksi OPEC+ pada kuartal pertama 2026, pasar minyak mentah global mungkin mengalami surplus pasokan/permintaan yang lebih kecil, alih-alih defisit yang lebih suportif.”
Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan harga minyak tetap dipengaruhi oleh keseimbangan antara produksi, distribusi, dan permintaan global.
Faktor Permintaan dan Minat Investor
Selain faktor pasokan, permintaan global dan perilaku investor ikut menentukan arah harga minyak. Penutupan pemerintah AS memengaruhi perjalanan udara dan distribusi bahan bakar, sementara tanda-tanda akan dibukanya kembali pemerintah meningkatkan selera risiko investor.
Menurut Varga, langkah Senat AS untuk mengakhiri penutupan pemerintah meningkatkan minat investor terhadap aset-aset berisiko, yang turut mendukung kenaikan harga minyak.
Kombinasi faktor ini menegaskan bahwa pasar minyak tidak hanya ditentukan oleh produksi, tetapi juga oleh faktor geopolitik, regulasi, distribusi, dan perilaku investor global.
Kenaikan harga minyak saat ini menunjukkan bahwa pasar global sangat sensitif terhadap risiko gangguan pasokan dan ketatnya distribusi bahan bakar. Gangguan kilang di AS, serangan pesawat nirawak di Rusia, sanksi internasional, dan penutupan pemerintah federal AS menciptakan tekanan ganda pada harga minyak.
Meski pasokan minyak mentah global masih tinggi dan produksi OPEC+ meningkat, keterbatasan produk olahan dan faktor permintaan regional membuat harga tetap tinggi.
Investor dan pelaku pasar perlu mencermati dinamika ini, karena volatilitas harga minyak bisa terjadi kapan saja akibat kombinasi faktor produksi, distribusi, dan geopolitik.
Fenomena ini menekankan bahwa ketatnya pasar bahan bakar dan risiko gangguan produksi global kini menjadi pendorong utama harga minyak dunia, sementara prediksi surplus pasokan mentah hanya membatasi kenaikan harga secara lebih moderat.