Gerakan Selamatkan Pangan Selamatkan 224 Ton Pangan Nasional

Selasa, 11 November 2025 | 08:59:06 WIB
Gerakan Selamatkan Pangan Selamatkan 224 Ton Pangan Nasional

JAKARTA - Setiap butir pangan yang terselamatkan memiliki makna besar bagi ketahanan pangan nasional. 

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat bahwa hingga Oktober 2025, sebanyak 224 ton pangan berhasil diselamatkan melalui perluasan Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) di 17 provinsi. 

Pangan yang terselamatkan ini telah disalurkan kepada lebih dari 456 ribu penerima manfaat, mulai dari masyarakat perkotaan hingga daerah terpencil, menandakan dampak luas gerakan ini terhadap kesejahteraan masyarakat.

Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy, menekankan pentingnya mengelola pangan agar tidak terbuang percuma. “Gerakan yang diinisiasi sejak 2022 ini kini telah menjangkau 17 provinsi, dengan capaian penyelamatan lebih dari 224 ton pangan yang berhasil disalurkan kepada 456 ribu lebih penerima manfaat,” ujarnya.

Menurut Sarwo, penyelamatan pangan bukan sekadar distribusi, melainkan aspek penting dalam ketahanan pangan berkelanjutan. 

Jika pangan yang masih layak konsumsi dapat dimanfaatkan secara optimal, hal ini tidak hanya mengurangi pemborosan, tetapi juga menambah stok pangan yang cukup bagi masyarakat yang membutuhkan.

Kolaborasi Semua Pihak

Gerakan Selamatkan Pangan mendorong keterlibatan berbagai pihak. Sarwo mengajak ritel, UMKM, bank pangan, pemerintah daerah, dan komunitas masyarakat untuk bersinergi dalam mengoptimalkan pemanfaatan pangan.

 “Pencegahan food loss dan food waste ini membutuhkan komitmen kita semua dalam rangka memperkuat ketahanan pangan secara menyeluruh,” tegasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan estimasi global, Indonesia menghadapi potensi kehilangan pangan hingga 31 persen sepanjang rantai pasok. Dari jumlah tersebut, 14 persen terjadi pada tahap produksi dan distribusi (food loss), sedangkan 17 persen terjadi pada tingkat konsumen (food waste). 

Sarwo menekankan, jika hanya 5 persen saja pangan yang terselamatkan, hal itu sudah cukup untuk memperkuat kecukupan pangan bagi jutaan masyarakat.

Intervensi Praktis dan Edukasi

Bapanas melaksanakan berbagai intervensi untuk menekan kehilangan dan pemborosan pangan. Upaya ini mencakup edukasi masyarakat, kampanye perubahan perilaku konsumsi, hingga fasilitasi redistribusi pangan melalui kerja sama dengan pelaku usaha dan bank pangan. 

Dukungan logistik, seperti food truck dan mobil berpendingin, juga disediakan agar pangan dapat didistribusikan tepat sasaran dan tetap layak konsumsi.

Selain itu, Bapanas mengembangkan platform digital “Stop Boros Pangan” (sbp.badanpangan.go.id), yang memungkinkan pelaku ritel maupun masyarakat melaporkan serta berkontribusi langsung pada kegiatan penyelamatan pangan. 

Hingga Oktober 2025, tercatat 40 pelaku usaha dan 23 bank pangan aktif berpartisipasi, menunjukkan antusiasme yang tinggi dari berbagai pihak dalam mendukung gerakan ini.

Menyasar Masyarakat Rentan

Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yuliani, menegaskan bahwa gerakan ini tidak hanya fokus pada jumlah pangan yang terselamatkan, tetapi juga memastikan manfaatnya dirasakan masyarakat yang paling membutuhkan. 

“Tantangan kita saat ini adalah memperluas jangkauannya melalui kolaborasi yang lebih kuat, terutama dengan sektor ritel yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” ujarnya.

Pangan yang terselamatkan telah disalurkan secara tepat sasaran, membantu masyarakat rentan baik di perkotaan maupun di pedesaan. 

Praktik ini menjadi contoh nyata bahwa pengelolaan pangan yang bijak dapat memberi dampak sosial yang signifikan, sekaligus membangun kesadaran masyarakat untuk mengurangi pemborosan.

Dampak Positif Terhadap Ketahanan Pangan

Gerakan Selamatkan Pangan berkontribusi pada pencapaian target nasional sesuai RPJMN dan SDGs 12, yang menekankan konsumsi dan produksi bertanggung jawab.

Upaya ini membuktikan bahwa ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada produksi, tetapi juga pada bagaimana setiap butir pangan dikelola, didistribusikan, dan dimanfaatkan secara optimal.

Sarwo menambahkan, masyarakat dan pelaku usaha semakin sadar akan pentingnya pengurangan food loss dan food waste. Jika dilakukan secara konsisten, langkah-langkah ini akan memberikan efek besar, terutama dalam menyediakan pangan bagi jutaan orang yang membutuhkan.

Model Praktik Baik Nasional

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, komunitas, dan bank pangan menjadi model praktik baik yang bisa diadopsi daerah lain. Strategi pengelolaan pangan yang terintegrasi ini membuktikan bahwa Indonesia mampu mengelola pangan secara efektif, memperkecil pemborosan, dan meningkatkan kemandirian pangan nasional.

Gerakan Selamatkan Pangan menjadi bukti bahwa setiap individu, komunitas, dan institusi bisa berperan sebagai pahlawan pangan, memaksimalkan manfaat setiap hasil bumi untuk ketahanan dan kesejahteraan bangsa.

Menuju Pangan Berkelanjutan

Ke depan, Bapanas berkomitmen memperluas jangkauan gerakan ini melalui pendekatan lebih inovatif, seperti penguatan kolaborasi digital, peningkatan partisipasi masyarakat, dan optimalisasi peran sektor swasta. 

Tujuannya adalah memastikan tidak ada pangan yang terbuang sia-sia, sekaligus membangun budaya penyelamatan pangan yang berkelanjutan di seluruh negeri.

Setiap ton pangan yang terselamatkan berarti ratusan ribu orang memperoleh manfaat langsung dari upaya kolektif ini. 

Dengan capaian 224 ton pangan terselamatkan, Gerakan Selamatkan Pangan telah menunjukkan bahwa ketahanan pangan nasional bisa diperkuat melalui kolaborasi dan pengelolaan pangan yang bijak, sekaligus menginspirasi seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli terhadap pemanfaatan pangan.

Terkini