JAKARTA - Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) selama ini dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional, terutama melalui sektor produksi padi yang menjadi andalan.
Namun, di tengah upaya mempertahankan predikat tersebut, pemerintah daerah kini mulai menyoroti potensi ekonomi dari sektor lain, khususnya perikanan, yang diyakini mampu menarik minat investor dan membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru.
Menurut Plt Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumsel, Eko Agusrianto, pada tahun 2026 prospek investasi utama di provinsi ini masih berfokus pada hilirisasi industri perkebunan dan pertambangan.
Ia mencontohkan proyek hilirisasi kelapa yang bekerja sama dengan organisasi nirlaba Indonesia dan Jepang (IJBnet) dengan nilai awal investasi mencapai Rp500 miliar.
“Seperti yang sudah pasti itu untuk hilirisasi kelapa yang bekerjasama dengan organisasi nirlaba Indonesia dan Jepang (IJBnet) dengan nilai investasi awal Rp500 miliar,” ujarnya.
Meski begitu, Eko menekankan bahwa Sumsel tidak hanya terpaku pada sektor perkebunan dan pertambangan, tetapi juga mulai mendorong pengembangan sektor perikanan.
Fokusnya adalah pada produk turunan perikanan yang memiliki potensi pasar cukup besar. Rencana ini terutama ditargetkan di Kabupaten Banyuasin, yang dianggap strategis untuk pertumbuhan industri perikanan.
“Prospek itu ada di penyosohan beras, dan juga di sektor perikanan. Rencananya untuk perikanan itu akan didorong di Kabupaten Banyuasin,” tambahnya.
Produksi Perikanan Sumsel Meningkat
Berdasarkan catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Sumsel, produksi ikan di provinsi ini pada 2024 mencapai 296.000 ton. Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Karina, menyebutkan bahwa produksi terbesar berasal dari ikan patin, yaitu sebanyak 98.000 ton.
“Untuk jenis perikanan budidaya di Sumsel itu ada bandeng, baung, bawal, gabus, gurame, lele, ikan mas, nila, patin, toman, udang gala, udang vaname, dan udang windu,” jelas Karina.
Distribusi produksi perikanan di berbagai kabupaten/kota menunjukkan keragaman yang merata. Ogan Komering Ilir menjadi daerah dengan produksi tertinggi mencapai 82.088 ton, disusul OKU Timur 56.720 ton, Palembang 54.533 ton, Banyuasin 45.658 ton, dan Musi Banyuasin 12.066 ton.
Produksi di wilayah lainnya meliputi Prabumulih 268 ton, Lahat 253 ton, Muara Enim 9.245 ton, Musi Rawas 11.022 ton, Musi Rawas Utara 514 ton, Ogan Ilir 11.546 ton, OKU 765 ton, OKU Selatan 2.350 ton, serta Penukal Abang Lematang Ilir (PALI) 739 ton.
Data ini menunjukkan bahwa perikanan Sumsel memiliki distribusi yang merata, sekaligus membuka potensi pengembangan industri lokal di berbagai daerah.
Hal ini menjadi modal penting bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di sektor ini, karena mencakup produksi yang besar sekaligus menyebar di berbagai kabupaten.
Produk Turunan dan Nilai Tambah Ekonomi
Pengembangan perikanan di Sumsel juga mendapat perhatian dari pemerintah dalam rangka meningkatkan nilai tambah ekonomi. Fokus pada produk turunan diharapkan bisa menstimulasi investasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain itu, adanya proyek hilirisasi perikanan dapat mendorong munculnya usaha kecil dan menengah, yang memanfaatkan bahan baku lokal menjadi produk bernilai tinggi, seperti olahan ikan, nugget, atau produk ekspor.
Keunggulan Sumsel dalam sektor perikanan tidak hanya terletak pada volume produksi, tetapi juga pada keanekaragaman jenis ikan yang dibudidayakan. Dari ikan air tawar hingga udang, semua memiliki pasar tersendiri, baik di dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor.
Dengan demikian, investasi di sektor ini diproyeksikan memiliki potensi keuntungan yang cukup menjanjikan, terutama bila dibarengi dukungan infrastruktur dan regulasi yang jelas.
Diversifikasi Sektor Unggulan
Selain aspek ekonomi, pengembangan sektor perikanan juga sejalan dengan strategi pemerintah pusat untuk diversifikasi sektor unggulan di daerah. Selama ini, Sumsel dikenal dominan di sektor pertanian padi dan perkebunan.
Dengan mendorong investasi di perikanan, provinsi ini dapat mengurangi ketergantungan pada satu sektor dan meningkatkan ketahanan ekonomi regional.
Peluang ini semakin menarik karena tren konsumsi ikan yang meningkat, baik di pasar domestik maupun global. Dengan pertumbuhan konsumsi ikan yang stabil, investor memiliki kepastian pasar yang lebih jelas.
Di sisi lain, pemerintah daerah dapat memfasilitasi dengan penyediaan akses permodalan, kemudahan izin usaha, dan dukungan teknologi budidaya modern.
Tantangan dan Strategi Keberlanjutan
Eko Agusrianto menekankan bahwa keberhasilan pengembangan perikanan tidak lepas dari kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah, investor, hingga masyarakat lokal. Pengelolaan produksi, distribusi, dan hilirisasi perlu dilakukan secara terpadu agar sektor ini benar-benar menjadi magnet investasi yang sustainable.
Dengan strategi pengembangan yang tepat, dukungan investor, dan kolaborasi lintas sektor, Sumsel tidak hanya memperkuat posisi sebagai lumbung pangan nasional, tetapi juga mengukuhkan diri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis perikanan.
Kabupaten Banyuasin menjadi salah satu titik strategis yang akan menjadi fokus utama, seiring dengan upaya pemerintah mendorong kemajuan ekonomi berbasis sektor unggulan.
Secara keseluruhan, kombinasi antara produksi lokal yang tinggi, peluang hilirisasi, dan minat investor yang kuat dapat menjadikan perikanan Sumsel sebagai pilar ekonomi baru.
Dengan dukungan teknologi, regulasi yang jelas, dan pengembangan produk bernilai tambah, Sumsel memiliki potensi untuk menjadi magnet investasi yang berkelanjutan.