Sinergi Bank dan Fintech Dorong Perluasan Akses Kredit Nasional Lebih Merata

Minggu, 16 November 2025 | 12:02:49 WIB
Sinergi Bank dan Fintech Dorong Perluasan Akses Kredit Nasional Lebih Merata

JAKARTA - Pertumbuhan kredit nasional stagnan selama satu dekade terakhir, berada di kisaran 30 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Kondisi ini mendorong perbankan dan fintech untuk menegaskan pentingnya kerja sama. Data menunjukkan bahwa gap pembiayaan untuk UMKM mencapai sekitar 234 miliar dolar AS, sehingga memerlukan pendekatan baru untuk memperluas akses kredit.

Dalam konteks ini, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) dan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menekankan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara perbankan dan perusahaan teknologi finansial (fintech). 

Sinergi kedua sektor diharapkan dapat memperluas akses pembiayaan, meningkatkan rasio kredit, sekaligus mendorong inklusi keuangan yang lebih luas.

Kolaborasi Bank dan Fintech untuk Perluas Jangkauan Kredit

Sekretaris Jenderal Perbanas sekaligus Komisaris Bank Jago, Anika Faisal, menekankan bahwa peningkatan rasio kredit nasional hanya dapat dicapai melalui penguatan intermediasi dan kerja sama antar pelaku industri jasa keuangan. 

Menurutnya, kolaborasi bank dan fintech menjadi strategi penting untuk menjangkau wilayah luar Jawa dan sektor-sektor prioritas yang selama ini belum terlayani optimal.

“Adanya simbiosis antara kedua sektor ini mampu meningkatkan jangkauan pelayanan sekaligus memperluas pilihan produk kredit bagi berbagai segmen masyarakat,” ujar Anika.

Meski begitu, Anika menekankan bahwa kerja sama ini harus tetap diimbangi regulasi perlindungan konsumen yang kuat, serta prinsip transparansi, akuntabilitas, dan inovasi yang bertanggung jawab. 

Ia menambahkan, kegiatan bersama seperti yang digelar AFTECH dan Perbanas penting untuk menyelaraskan pandangan, memperkuat standar tata kelola, dan menjadi fondasi kerja sama jangka panjang.

Potensi Akses Kredit Digital Masih Luas

Ketua Departemen Perbankan AFTECH sekaligus EVP Head of Digital Economy CIMB Niaga, Dedy Sahat, menilai potensi akses kredit digital masih sangat besar. 

Survei AFTECH bersama Mandala Consulting menunjukkan 4,5 persen populasi Indonesia masih unbanked atau belum memiliki akun bank, sementara 36 persen termasuk underbanked atau belum memperoleh akses kredit.

“Bank tetap memegang peran penting, namun sektor digital juga muncul sebagai solusi dengan pertumbuhan tercepat saat ini, seperti pemberian akses kredit melalui perusahaan fintech seperti platform pinjaman daring (pindar),” ujar Dedy.

Ia menambahkan, forum diskusi AFTECH dan Perbanas yang menjadi bagian dari Bulan Fintech Nasional (BFN) merupakan wadah memperkuat kepercayaan lintas sektor dan mendorong inovasi keuangan yang lebih inklusif.

Dukungan OJK terhadap Kolaborasi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan dukungan penuh terhadap kolaborasi antara bank dan fintech. Deputi Komisioner Pengawas Bank Swasta OJK, Indarto Budiwitono, menyatakan pihaknya mendukung forum diskusi yang digelar AFTECH dan Perbanas.

“OJK mendukung penuh kegiatan hari ini dan berharap kegiatan ini dapat memberikan masukan yang konstruktif bagi perkembangan industri fintech ke depannya,” ujarnya. Dukungan ini menjadi penting agar kolaborasi berjalan sesuai regulasi, aman bagi konsumen, dan mendukung perkembangan industri jasa keuangan digital.

Pertumbuhan Pendanaan Bank ke Fintech

Kolaborasi ini juga tercermin dari meningkatnya pendanaan bank ke platform pinjaman daring. Ketua Departemen P2P Lending AFTECH sekaligus Direktur Utama Easycash, Nucky Poedjiardjo, menilai kemitraan antara perbankan dan fintech menjadi fondasi perluasan akses kredit nasional.

“Kontribusi pendanaan perbankan terhadap industri pindar terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Berdasarkan catatan OJK per Juli 2025, outstanding pendanaan dari lender perbankan meningkat 40,09 persen secara tahunan (yoy), mencapai Rp54,10 triliun atau sekitar 63,9 persen dari total pendanaan industri,” jelas Nucky.

Ia menekankan, keberlanjutan kolaborasi memerlukan keselarasan ekspektasi antara bank dan fintech. Tantangan utama bukan hanya pada kapasitas pendanaan, tetapi juga bagaimana perbankan memilih platform dengan rekam jejak kepatuhan yang kuat, serta bagaimana fintech membangun hubungan jangka panjang dengan pemberi dana institusional.

Tata Kelola dan Reputasi Kunci Keberlanjutan

Menurut Nucky, tata kelola dan reputasi industri menjadi faktor risiko utama dalam kerja sama antara bank dan penyelenggara pinjaman daring.

 “Easycash memiliki komitmen untuk senantiasa menjaga standar tata kelola yang tinggi, memastikan integritas operasional, dan transparansi untuk membangun kepercayaan perbankan serta menciptakan kolaborasi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Pendekatan ini menekankan bahwa kerja sama tidak sekadar meningkatkan jumlah kredit, tetapi juga kualitas layanan, perlindungan konsumen, dan kepercayaan lintas sektor.

Dampak terhadap UMKM dan Ekonomi

Kolaborasi bank-fintech membuka akses pembiayaan bagi UMKM yang sebelumnya sulit dijangkau bank konvensional. Layanan pinjaman daring dan produk kredit inovatif memungkinkan masyarakat di daerah terpencil dan segmen underbanked memperoleh pembiayaan yang adil dan transparan.

Akses kredit yang lebih luas membantu UMKM mengembangkan usaha, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, dan mendukung pencapaian inklusi keuangan nasional. Forum AFTECH dan Perbanas menjadi platform untuk menyelaraskan strategi, memperkuat tata kelola, dan memastikan kolaborasi berkelanjutan.

 Sinergi untuk Masa Depan Kredit Nasional

Kolaborasi antara bank dan fintech menjadi strategi penting untuk meningkatkan rasio kredit nasional. Dukungan regulasi, tata kelola yang baik, dan inovasi digital memungkinkan layanan kredit lebih merata dan inklusif. 

Sinergi ini tidak hanya meningkatkan jumlah kredit, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi nasional serta membangun ekosistem keuangan yang sehat, aman, dan berkelanjutan.

Terkini