JAKARTA - Pemindahan aparatur sipil negara (ASN) ke Ibu Kota Nusantara (IKN) bukan sekadar relokasi fisik, melainkan bagian dari upaya besar pemerintah untuk mentransformasi birokrasi nasional.
Dalam proses ini, pemerintah menekankan prioritas pada ASN muda yang dinilai lebih adaptif, fleksibel, dan siap menghadapi tantangan baru. Strategi ini diharapkan mampu membangun kultur birokrasi yang modern, dinamis, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat di ibu kota negara masa depan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi, setelah meninjau fasilitas hunian ASN di Nusantara, Kalimantan Timur.
Dede Yusuf menjelaskan bahwa sebagian besar ASN yang akan pindah ke IKN adalah generasi muda, yang relatif belum terbebani tanggungan keluarga sehingga lebih siap menjadi bagian dari Otorita IKN.
“Jika diperhatikan, wajah-wajah ASN yang dipersiapkan pindah ke IKN sebagian besar adalah generasi muda. Mereka cenderung lebih fleksibel dan belum banyak terbebani tanggungan keluarga, sehingga relatif lebih siap menjadi bagian dari Otorita IKN,” jelas Dede Yusuf.
Hunian Vertikal untuk ASN Muda
Dalam rencana jangka menengah hingga 2028, pemerintah menargetkan 9.500 ASN menempati unit hunian vertikal yang telah disiapkan. Hunian ini terdiri dari 47 tower dengan kapasitas 60 unit per tower. Setiap unit memiliki tiga kamar tidur, dirancang ideal bagi ASN lajang maupun keluarga kecil.
Tujuan penyediaan hunian vertikal ini adalah memberikan kenyamanan sekaligus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi dan produktivitas tinggi.
"Satu unit hunian memiliki tiga kamar tidur, ukuran yang cukup ideal baik untuk ASN lajang maupun yang sudah berkeluarga kecil," tambah Dede Yusuf.
Fasilitas ini diharapkan menjadi lebih dari sekadar tempat tinggal. Hunian vertikal ASN menjadi titik awal pembentukan kultur birokrasi baru yang kreatif, adaptif, dan efisien.
Dengan menempatkan generasi muda di pusat pembangunan, pemerintah berupaya memunculkan inovasi dan semangat kerja tinggi di lingkungan Otorita IKN.
Peran Strategis Wilayah Penyangga
Selain hunian, daerah sekitar IKN seperti Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Kartanegara, dan Balikpapan akan menjadi wilayah penyangga yang vital bagi pertumbuhan ekonomi ibu kota baru. Dede Yusuf menekankan bahwa daerah-daerah ini akan menyediakan logistik, bahan pangan, serta jasa-jasa pendukung bagi ribuan ASN yang pindah.
“Kawasan sekitar IKN akan berkembang pesat seiring munculnya kebutuhan logistik dan berbagai layanan bagi ribuan ASN yang pindah. Suplai bahan pangan, daging, hingga jasa-jasa pendukung dapat dipenuhi oleh daerah-daerah penyangga ini,” paparnya.
Wilayah penyangga ini diharapkan berkembang layaknya Jabodetabek bagi DKI Jakarta. Pertumbuhan ekonomi, kebutuhan infrastruktur, dan layanan publik akan terintegrasi dengan keberadaan ASN muda di IKN, menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan antara ibu kota baru dan sekitarnya.
Kesejahteraan Masyarakat Lokal
Dede Yusuf juga menegaskan pentingnya memastikan masyarakat lokal mendapatkan manfaat langsung dari pembangunan IKN. Ia menekankan pemerintah harus memberikan jaminan konkret agar warga sekitar tidak tertinggal, terutama dalam pendidikan, kesehatan, dan keterampilan.
Program yang dapat diterapkan antara lain beasiswa untuk anak-anak lokal, layanan kesehatan gratis, dan pelatihan keterampilan kerja.
“Harus ada jaminan konkret agar masyarakat lokal tidak tertinggal. Ini bisa diwujudkan melalui program seperti beasiswa pendidikan bagi anak-anak sekitar IKN, layanan kesehatan gratis, dan pelatihan keterampilan. Hal ini sangat krusial agar pembangunan besar ini tidak justru menciptakan kesenjangan sosial baru,” ujarnya.
Pendekatan ini memastikan pembangunan IKN tidak hanya memberi manfaat kepada ASN, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal, menciptakan keseimbangan sosial, dan memperkuat dukungan masyarakat terhadap proyek ibu kota baru.
Transformasi Budaya Birokrasi
Pemindahan ASN muda ke IKN adalah bagian dari strategi transformasi birokrasi yang lebih luas. Dengan menempatkan generasi muda yang adaptif dan kreatif, pemerintah berharap tercipta birokrasi yang lebih responsif terhadap tuntutan zaman dan kebutuhan publik.
ASN muda dianggap memiliki energi dan perspektif segar, sehingga mampu membawa inovasi, efisiensi, serta kerja sama yang baik dalam pemerintahan.
Selain itu, fleksibilitas ASN muda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru menjadi kunci sukses pembangunan IKN. Mereka mampu menerima dinamika pekerjaan yang kompleks dan menghadapi tantangan ibu kota baru, baik dari sisi administratif maupun sosial.
Integrasi Ekonomi dan Infrastruktur
Pembangunan IKN dan penempatan ASN muda juga menjadi peluang bagi wilayah penyangga untuk berkembang pesat. Aktivitas ekonomi, penyediaan logistik, transportasi, serta layanan publik akan meningkat seiring kedatangan ASN.
Hal ini diharapkan menumbuhkan ekosistem yang berkelanjutan, di mana ibu kota baru dan daerah penyangga saling mendukung pertumbuhan satu sama lain.
Selain itu, program pemberdayaan masyarakat lokal melalui pendidikan, keterampilan, dan layanan publik akan menciptakan lapisan kesejahteraan yang merata, sehingga pembangunan IKN tidak hanya menimbulkan keuntungan fisik dan ekonomi, tetapi juga dampak sosial yang positif.
Pemindahan ASN muda ke IKN merupakan langkah strategis pemerintah untuk membangun birokrasi yang adaptif, dinamis, dan inovatif. Hunian vertikal, wilayah penyangga, serta pemberdayaan masyarakat lokal menjadi pilar utama dalam proses ini.
ASN muda diharapkan menjadi agen transformasi budaya birokrasi, sementara masyarakat lokal tetap merasakan manfaat pembangunan.
Strategi ini menegaskan bahwa IKN bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga transformasi manusia dan sosial yang berkelanjutan. Dengan mengutamakan ASN muda, pemerintah membentuk masa depan birokrasi yang tangguh, kreatif, dan selaras dengan aspirasi masyarakat serta kebutuhan ibu kota negara baru.