JAKARTA - Persiapan yang matang sebelum wawancara kerja bukan sekadar formalitas, melainkan faktor krusial agar seorang pencari kerja mampu bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin ketat.
Di era digital ini, perusahaan tidak hanya menilai kemampuan teknis, tetapi juga profesionalisme dan kesiapan kandidat sejak tahap seleksi awal.
Menurut Nathan Mondragon, kepala inovasi di platform perekrutan HireVue, fenomena ketidakprofesionalan dalam wawancara semakin terlihat, terutama di kalangan Gen Z dan fresh graduate.
“Meskipun selalu ada orang yang wawancara kerjanya buruk, hal ini tampaknya lebih umum terjadi saat ini,” kata Mondragon.
Beberapa faktor penyebab antara lain minimnya pengalaman interaksi tatap muka, dampak pandemi yang membatasi pertemuan langsung, dan pandangan keliru bahwa wawancara bisa dijalani tanpa persiapan serius, menurut Stacie Haller, kepala penasihat karier di ResumeBuilder.
Persiapan Sebelum Wawancara
Sebelum memasuki ruang wawancara, kandidat harus menonjol dari ratusan pelamar lain. Haller menjelaskan, “Anda hanya memiliki sekitar enam detik untuk menarik perhatian perekrut melalui resume Anda.” Oleh karena itu, CV sebaiknya singkat, jelas, menarik, dan menyoroti alasan mengapa Anda kandidat terbaik untuk posisi tersebut.
Selain itu, penting untuk berhati-hati dalam meminta saran. Konsultasi dengan orang yang berpengalaman di industri serupa lebih bermanfaat dibanding orang tua atau pihak lain yang mungkin belum pernah melalui proses rekrutmen modern.
1. Lakukan Riset Mendalam
Salah satu kesalahan besar saat wawancara adalah tidak melakukan riset tentang perusahaan. Nicolas Roulin, profesor psikologi industri/organisasi di Saint Mary’s University, menegaskan, “Mengajukan pertanyaan yang bisa ditemukan di situs web perusahaan memberi kesan bahwa Anda tidak peduli dengan pekerjaan itu.”
Meneliti perusahaan secara menyeluruh meliputi memahami budaya, nilai, tujuan, dan strategi mereka. Jika memungkinkan, ketahui juga profil pewawancara untuk dapat mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam dan relevan. Situs seperti LinkedIn atau Glassdoor bisa menjadi sumber informasi penting.
2. Susun Jawaban Secara Sistematis
Selama wawancara, kandidat perlu menunjukkan kecocokan dengan deskripsi pekerjaan. Teknik STAR (Situation, Task, Action, Result) dapat digunakan untuk menyiapkan jawaban berbasis pengalaman konkret. Ini membantu pewawancara memahami kontribusi yang bisa diberikan kandidat.
3. Siapkan Pertanyaan untuk Pewawancara
Pertanyaan yang diajukan kandidat sama pentingnya dengan jawaban mereka. Fokus pada pertanyaan yang menunjukkan minat, motivasi, dan kepedulian, misalnya:
Seperti apa keseharian di tempat kerja?
Apakah ini posisi baru atau pengganti sebelumnya?
Bagaimana keberhasilan karyawan diukur dalam enam bulan pertama?
Apa peluang pelatihan dan pengembangan karier?
Mondragon menambahkan, pertanyaan tentang tunjangan dan ekspektasi kerja sebaiknya diajukan mendekati akhir wawancara. Hal ini menunjukkan keseriusan kandidat tanpa terkesan mendahului.
Cara Menghadapi Wawancara
Penampilan profesional tetap penting, baik untuk wawancara tatap muka maupun virtual. Haller menyarankan pakaian kasual bisnis sebagai pilihan aman. Hindari celana jeans, sandal, atau pakaian yang terlalu terbuka.
Budaya perusahaan yang kasual bukan alasan untuk tampil santai saat wawancara, karena pewawancara belum mengenal Anda secara profesional.
Persiapkan juga lingkungan wawancara agar bebas dari gangguan, terutama jika dilakukan secara virtual. Mematikan kamera tanpa alasan dapat menimbulkan kesan negatif. Jika tidak memahami pertanyaan, mintalah pewawancara menjelaskannya atau tawarkan jawaban alternatif yang menunjukkan kemampuan adaptasi.
Mengelola Interaksi dan Pertanyaan
Kandidat harus menonjolkan sikap sopan, serius, dan percaya diri. Membawa catatan pribadi diperbolehkan, tetapi jangan melibatkan orang tua atau pihak lain, karena hal ini bisa menimbulkan kesan kurang mandiri.
Di akhir wawancara, pastikan untuk menanyakan langkah selanjutnya dan menyatakan minat Anda terhadap posisi tersebut. Ini memberi kesan proaktif dan siap berkontribusi.
Tindak Lanjut Setelah Wawancara
Dalam 24 jam setelah wawancara, kirimkan ucapan terima kasih melalui email atau pesan singkat. Haller menekankan, “Pesan ini lebih dari sekadar ucapan terima kasih; ini juga pengingat tidak langsung untuk mempekerjakan Anda.”
Jika menerima panggilan wawancara lain atau tawaran pekerjaan, tanggapi segera, bahkan jika tidak tertarik. Mengabaikan komunikasi dapat merusak hubungan profesional yang mungkin dibutuhkan di masa depan.
Roulin menambahkan, jangan menindaklanjuti perusahaan sebelum waktu yang dijanjikan; setelah satu atau dua bulan tanpa respons, pertimbangkan kembali kesempatan tersebut.
Keberhasilan wawancara kerja bukan hanya ditentukan oleh kemampuan menjawab pertanyaan, tetapi juga persiapan matang sebelum proses berlangsung. Mengetahui kebutuhan perusahaan, menyiapkan diri secara mental, dan menunjukkan profesionalisme sejak awal dapat meningkatkan peluang diterima.
Dalam pasar kerja yang semakin kompetitif, investasi waktu dan energi untuk persiapan wawancara adalah langkah strategis yang bijak untuk membangun karier jangka panjang.
Persiapan bukan hanya tentang menjawab pertanyaan, tetapi juga membangun citra profesional yang kuat, yang akan membedakan Anda dari ratusan pelamar lainnya.