BGN Ingatkan Pemda Pentingnya Bertani Beternak Stabilkan Harga Pangan

Selasa, 18 November 2025 | 14:01:05 WIB
BGN Ingatkan Pemda Pentingnya Bertani Beternak Stabilkan Harga Pangan

JAKARTA - Inflasi pangan di Indonesia mulai menunjukkan gejala kenaikan di beberapa daerah seiring meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Badan Gizi Nasional (BGN) menekankan perlunya peran aktif pemerintah daerah (Pemda) dalam mendorong masyarakat untuk bertani dan beternak sebagai langkah strategis menekan harga komoditas pangan.

Wakil Kepala BGN, Nanik Sudaryati Deyang, menyampaikan bahwa inisiatif lokal ini penting agar permintaan bahan baku MBG tidak memicu inflasi dan tetap terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Permintaan Bahan Baku MBG Terus Meningkat

Dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah 2025 yang digelar di Kementerian Dalam Negeri, Nanik menjelaskan bahwa permintaan bahan pangan untuk MBG meningkat seiring penambahan jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang mulai beroperasi.

“Gerakan ini untuk membantu menyiapkan bahan baku pangan yang dibutuhkan Program MBG agar tidak menyebabkan inflasi,” ujar Nanik melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Menurut Nanik, kenaikan permintaan ini berimbas pada harga beberapa komoditas, seperti sayur, buah, telur, dan daging ayam.

Kenaikan Harga Pangan di Tingkat Pasar

Beberapa contoh kenaikan harga di berbagai daerah menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.

“Sekarang harga wortel sudah sangat tinggi. Harga eceran wortel di pasar sudah mencapai Rp23-25 ribu per kilogram. Di Ciwidey (Jawa Barat) harga kentang di tingkat petani Rp8 ribu, sementara di pasar Rp10-11 ribu per kilogram. Sedangkan di Dieng (Jawa Tengah), di pasar Rp12 ribu, padahal biasanya Rp18 ribu per kg,” jelas Nanik.

Kenaikan ini salah satunya disebabkan oleh penggunaan bahan baku oleh SPPG-SPPG yang operasional di seluruh Indonesia. 

Hingga kini, tercatat sebanyak 15.276 SPPG terverifikasi dan 13.953 SPPG operasional dengan total lebih dari 44 juta penerima manfaat MBG. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah, sehingga menambah tekanan terhadap harga komoditas di pasar.

Strategi BGN Mengatur Penggunaan Bahan Baku

Mengingat pengaruh Program MBG terhadap harga pangan, BGN menerapkan kebijakan adaptif berdasarkan kondisi bahan baku di daerah.

“Jadi, nanti kalau harga komoditas jatuh, kita instruksikan ke SPPG untuk menggunakan komoditas itu. Untuk harga yang naik, kita juga akan tekan agar mengurangi penggunaan bahan itu,” kata Nanik.

Kebijakan ini diharapkan mampu menjaga stabilitas harga bahan baku, sambil tetap memenuhi kebutuhan gizi penerima MBG.

Tantangan Diversifikasi Menu MBG

Selain kendala harga, beberapa insiden keamanan pangan mempengaruhi preferensi SPPG dalam memilih bahan baku.

“Substitusi kurang dilakukan, terutama setelah terjadi beberapa insiden keamanan pangan. SPPG cenderung menggunakan bahan yang aman dan itu-itu saja,” ungkap Nanik.

Untuk mengatasi hal ini, BGN mendorong diversifikasi bahan baku dalam menu MBG, agar tidak bergantung pada komoditas tertentu. Strategi ini sekaligus menjadi salah satu cara menekan harga pasar, terutama di bulan Desember menjelang Natal dan Tahun Baru.

Peran Pemda dalam Menggerakkan Pertanian dan Peternakan

Nanik menekankan pentingnya peran Pemda untuk mendorong masyarakat bertani dan beternak secara lokal. Dengan demikian, pasokan bahan baku MBG dapat dipenuhi tanpa menimbulkan lonjakan harga di pasar.

Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah menjaga ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi lokal. Pemda diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi petani dan peternak lokal, serta membantu mengatur distribusi bahan pangan agar lebih efisien.

VI. Pentingnya Kolaborasi Antara Pemerintah dan Masyarakat

Ketersediaan bahan pangan bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, pengelola SPPG, dan masyarakat. Program ini tidak hanya bertujuan mencegah inflasi, tetapi juga mendorong pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan bertani dan beternak.

Diversifikasi bahan baku yang dikombinasikan dengan peningkatan produksi lokal diharapkan mampu menciptakan ekosistem pangan yang berkelanjutan. Hal ini menjadi langkah strategis untuk mendukung stabilitas harga sekaligus meningkatkan kemandirian pangan nasional.

Antisipasi Inflasi Jelang Akhir Tahun

Menjelang periode libur panjang, terutama Natal dan Tahun Baru, permintaan pangan cenderung meningkat. Nanik menegaskan bahwa diversifikasi dan pengelolaan bahan baku MBG akan menjadi kunci pengendalian inflasi di bulan-bulan kritis tersebut.

“Saya juga akan meminta Kedeputian Sistem dan Tata Kelola BGN agar mendorong diversifikasi MBG oleh SPPG-SPPG, sehingga dapat menekan harga pasar, terutama di bulan Desember,” ujar Nanik.

Langkah ini diharapkan dapat memastikan ketersediaan bahan pangan cukup, harga stabil, dan program MBG tetap berjalan lancar tanpa membebani ekonomi masyarakat.

Peningkatan kebutuhan bahan baku untuk Program MBG berpotensi menimbulkan inflasi pangan jika tidak dikelola dengan baik. BGN mendorong peran aktif Pemda dan masyarakat untuk bertani dan beternak, sambil mengatur kebijakan penggunaan bahan baku SPPG. 

Diversifikasi menu MBG, pemantauan harga komoditas, serta pelibatan masyarakat dalam produksi pangan lokal menjadi strategi utama mengendalikan inflasi.

Dengan kolaborasi yang tepat, inflasi pangan dapat ditekan, masyarakat tetap mendapatkan makanan bergizi, dan tujuan Program MBG sebagai program nasional untuk meningkatkan kualitas gizi tetap tercapai.

Terkini