JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) memperkuat kerja sama dalam menyukseskan Sensus Ekonomi 2026 (SE2026).
Kolaborasi ini tidak sekadar bersifat administratif, melainkan melibatkan kreator lokal sebagai ujung tombak dalam sosialisasi. Para animator dan talenta kreatif dilibatkan untuk memproduksi materi visual interaktif berupa video animasi, yang diharapkan mampu meningkatkan partisipasi publik.
Kolaborasi ini resmi diumumkan pada penutupan Rapat Koordinasi Teknis dan Evaluasi Kegiatan 2025 BPS di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/Kabekraf) Teuku Riefky Harsya menyerahkan materi Public Service Announcement (PSA) SE2026 kepada Kepala BPS RI Amalia Adininggar Widyasanti, disaksikan Wakil Kepala BPS RI Sonny Harry Budiutomo Harmadi.
Kreator Lokal sebagai Penggerak Sosialisasi
Amalia menekankan bahwa keterlibatan kreator lokal tidak hanya menambah nilai estetika materi sosialisasi, tetapi juga memperluas jangkauan pesan ke berbagai lapisan masyarakat.
“Materi PSA ini bukan hanya video sosialisasi, melainkan sebagai token of friendship antarlembaga sekaligus ruang bagi talenta muda animasi nasional untuk menunjukkan kemampuannya,” kata Amalia.
Dengan format animasi yang menarik, publik diharapkan lebih mudah memahami tujuan SE2026 dan pentingnya kontribusi mereka. Materi PSA ini akan menjadi media komunikasi resmi BPS, disebarkan melalui berbagai kanal digital dan sosial media untuk mendorong partisipasi masyarakat secara lebih luas.
SE2026 dan Pentingnya Data Ekonomi Kreatif
SE2026 merupakan momentum penting untuk memetakan sektor ekonomi kreatif secara lebih rinci. Survei ini akan mencakup berbagai subsektor, mulai dari kuliner, fesyen, gim, musik, film, desain, hingga konten digital.
Selain itu, SE2026 akan mencatat lokasi dan skala usaha, sehingga data yang dihasilkan dapat menjadi acuan penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif dan dasar pengambilan kebijakan strategis di masa depan.
“SE2026 nantinya akan memberikan gambaran lengkap pelaku usaha kreatif di berbagai subsektor, termasuk lokasi dan skala usaha,” tambah Amalia.
Dengan demikian, data yang dikumpulkan tidak hanya menjadi angka statistik, tetapi juga menjadi fondasi bagi pengembangan sektor ekonomi kreatif di Indonesia.
Statistik Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
BPS juga memaparkan perkembangan statistik tenaga kerja sektor ekonomi kreatif per Agustus 2025. Tahun 2025, tenaga kerja ekonomi kreatif mencakup sekitar 18,70 persen dari total tenaga kerja nasional atau sekitar 27,40 juta jiwa. Angka ini meningkat dibandingkan 2024, yang tercatat 26,48 juta jiwa atau 18,30 persen.
Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah dengan jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif terbesar, yakni 6,24 juta jiwa. Jika digabungkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, tiga provinsi ini menyumbang 57,81 persen dari total tenaga kerja ekonomi kreatif nasional.
Data ini menunjukkan dominasi Pulau Jawa sebagai pusat kegiatan ekonomi kreatif, sekaligus menandai peluang bagi pemerintah dan pelaku industri untuk memfokuskan program pengembangan kreatif di wilayah tersebut.
Dampak Sosialisasi Kreatif bagi Publik
Dengan format animasi yang dikembangkan oleh kreator lokal, PSA SE2026 diharapkan dapat menjangkau audiens lebih luas, terutama generasi muda yang lebih responsif terhadap konten visual dan digital.
Pendekatan kreatif ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang mudah tentang sensus ekonomi, sekaligus mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam mengisi data.
Selain itu, sosialisasi berbasis animasi juga dianggap mampu meminimalkan kebingungan publik terkait tujuan sensus dan manfaat data yang dikumpulkan.
Dengan demikian, pendekatan kreatif ini tidak hanya bersifat edukatif tetapi juga strategis dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya data akurat bagi pembangunan ekonomi kreatif nasional.
Peran Mitra Strategis dalam Produksi Konten
Selain keterlibatan kreator lokal, produksi PSA SE2026 juga melibatkan mitra strategis dari industri kreatif. Hadir dalam kegiatan tersebut CEO RUS Animation Studio Roy Tok dan SVP Corporate and Strategic Affairs Blibli, Yudhi Pramono.
Sinergi lintas sektor ini menunjukkan bahwa kesuksesan sosialisasi tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga kolaborasi dengan pelaku industri yang memiliki kapasitas teknis dan kreatif tinggi.
Harapan Jangka Panjang
Amalia menegaskan bahwa kolaborasi ini tidak hanya bersifat jangka pendek. Materi PSA yang diproduksi akan menjadi contoh model sosialisasi inovatif bagi BPS dalam berbagai program mendatang.
Dengan memanfaatkan talenta kreatif lokal, BPS berharap dapat membangun budaya partisipasi masyarakat yang lebih tinggi, terutama dalam kegiatan sensus dan survei ekonomi.
“Kolaborasi BPS dan Kemenekraf ini akan menjadi landasan komitmen kami untuk terus menghadirkan data yang lebih kaya, akurat, dan berdampak,” ujarnya.
Dengan data yang lebih lengkap, pemerintah dapat merancang kebijakan yang lebih tepat sasaran, termasuk pengembangan sektor ekonomi kreatif di berbagai wilayah Indonesia.
Sinergi BPS dan Kemenekraf dalam melibatkan kreator lokal untuk sosialisasi SE2026 merupakan langkah inovatif yang menggabungkan teknologi, kreativitas, dan data. Melalui video animasi, masyarakat diajak memahami pentingnya sensus ekonomi dan berpartisipasi aktif.
Pendekatan kreatif ini diharapkan meningkatkan kualitas data yang dikumpulkan, mendukung pengembangan ekonomi kreatif, serta memberikan ruang bagi talenta muda nasional untuk menunjukkan kemampuan mereka.
Dengan demikian, SE2026 tidak hanya menjadi program pengumpulan data semata, tetapi juga momentum strategis dalam memperkuat ekosistem ekonomi kreatif Indonesia.