Angkutan Laut Jadi Fokus Baru Happy Hapsoro dan Harita Group untuk Ekspansi

Rabu, 19 November 2025 | 10:34:58 WIB
Angkutan Laut Jadi Fokus Baru Happy Hapsoro dan Harita Group untuk Ekspansi

JAKARTA - Sejumlah emiten besar di Indonesia, termasuk Rukun Raharja Tbk. (RAJA) dan Tirta Mahakam Resources Tbk. (TIRT) dari Harita Group, kini menapaki jalur bisnis angkutan laut, mengikuti jejak PT Humpuss Maritim Internasional Tbk. (HUMI). 

Langkah ini dianggap sebagai upaya diversifikasi usaha dan merespons peluang pasar logistik laut yang semakin menjanjikan.

Corporate Secretary RAJA, Yuni Pattinasarani, mengungkapkan pendirian anak perusahaan baru, PT Banawa Rezeki Optima (BRO), sebagai langkah strategis perseroan.

“Anak perusahaan tersebut bergerak di bidang aktivitas konsultasi manajemen lainnya, aktivitas perusahaan holding, dengan fokus pada kegiatan usaha angkutan laut luar negeri dan dalam negeri,” ujar Yuni. BRO dimiliki RAJA sebesar 99,99% atau setara Rp57,74 miliar per 30 Oktober 2025.

RAJA melihat langkah ini sebagai inisiatif yang berpotensi memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan perseroan dan pengembangan usaha di masa mendatang, seiring dimulainya operasional BRO.

RAJA Perluas Portofolio Sektor Energi

Sebelum terjun ke angkutan laut, RAJA dikenal gencar mengerjakan portofolio dan diversifikasi bisnis di sektor energi. 

Beberapa proyek strategis meliputi pembangunan fasilitas kompresor gas di Sulawesi Selatan yang ditargetkan beroperasi pada kuartal IV/2025, serta pembangunan pipa BBM di Kalimantan Timur yang direncanakan selesai pada kuartal IV/2027.

Langkah RAJA menandai transformasi perusahaan dari fokus energi ke integrasi logistik dan transportasi, dengan memanfaatkan peluang bisnis angkutan laut untuk meningkatkan nilai perusahaan dan efisiensi operasional.

TIRT Beralih ke Bisnis Angkutan Laut

Grup Harita, melalui TIRT, juga melakukan pivot bisnis dari industri kayu lapis ke jasa angkutan laut. TIRT menghentikan produksi kayu lapis sejak pandemi Covid-19 karena prospek usaha yang semakin terbatas.

 “Bisnis angkutan laut sengaja dipilih karena dinilai lebih menjanjikan dan dapat memberikan nilai tambah jangka panjang bagi Perseroan,” jelas Jackson Indrawan, Corporate Secretary TIRT.

Langkah awal TIRT di sektor baru ini termasuk pembelian 20 unit kapal tunda (tugboat) dan kapal tongkang (barge) dari mitra terafiliasi, seperti PT Lima Srikandi Jaya, PT Mitra Kemakmuran Line, dan PT Antar Sarana Rekasa. 

Perusahaan juga sudah resmi memiliki Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL) dari Kementerian Perhubungan, menandai dimulainya operasional di sektor ini.

TIRT telah menandatangani kontrak sewa kapal dengan PT Guna Harapan Lestari senilai Rp250 juta per bulan dan dengan PT Lima Srikandi Jaya senilai Rp5,25 miliar per bulan. Aktivitas ini memperkuat posisi TIRT di pasar logistik laut domestik, yang kini menjadi fokus utama pertumbuhan usaha mereka.

HUMI dan Anak Usahanya Menyasar LNG

Selain RAJA dan TIRT, HUMI juga agresif mengembangkan armada angkutan lautnya, terutama di sektor energi. PT GTS Internasional Tbk. (GTSI), anak usaha HUMI dengan kepemilikan saham 84,8%, membeli satu unit kapal Liquified Natural Gas (LNG) seharga US$24,5 juta (setara Rp405,94 miliar). 

Kapal ini, sebelumnya bernama Methane Jane Elizabeth, akan diubah menjadi Danaputri 1.

Direktur Utama GTSI, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, menyatakan, “Pembelian kapal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan modernisasi armada pengangkut LNG Perseroan.” 

Selain itu, langkah ini mendukung strategi diversifikasi usaha dan modernisasi armada, termasuk rencana konversi kapal Ekaputra menjadi FSRU untuk memperkuat posisi HUMI di rantai pasok LNG.

Menurut Ari Askhara, faktor eksternal yang mendukung akuisisi kapal ini meliputi meningkatnya permintaan LNG global, kebutuhan armada yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta peluang pemanfaatan teknologi baru dalam industri energi.

Tren Diversifikasi Industri Maritim

Langkah RAJA, TIRT, dan HUMI menegaskan tren diversifikasi bisnis di sektor maritim Indonesia. Sejumlah perusahaan besar yang awalnya berfokus di bidang energi, kayu lapis, atau jasa manajemen kini melihat angkutan laut sebagai alternatif strategis untuk ekspansi usaha.

Bisnis angkutan laut dinilai memiliki beberapa keunggulan, termasuk potensi pertumbuhan jangka panjang, stabilitas permintaan logistik, dan dukungan terhadap rantai pasok industri lainnya. 

Selain itu, pemerintah mendorong pengembangan sektor ini melalui perizinan yang lebih mudah, sehingga perusahaan dapat lebih cepat menjalankan operasional dan mengamankan kontrak bisnis.

Selain itu, integrasi antara angkutan laut dan proyek energi, seperti LNG, menunjukkan sinergi strategis antara sektor maritim dan energi yang berpotensi meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan Indonesia di pasar global.

Prospek Ke Depan

Dengan investasi kapal baru, pembentukan anak usaha, dan penguatan izin operasional, RAJA, TIRT, dan HUMI siap bersaing dalam bisnis angkutan laut. Inisiatif ini tidak hanya memberi peluang pertumbuhan baru bagi masing-masing perusahaan, tetapi juga mendukung penguatan sektor maritim nasional.

Para analis menilai, transformasi bisnis ini mencerminkan strategi perusahaan untuk menyeimbangkan risiko di sektor tradisional dengan peluang di sektor maritim dan energi. 

Ke depan, integrasi logistik laut dan energi diprediksi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan emiten di Indonesia, seiring meningkatnya kebutuhan transportasi barang, LNG, dan infrastruktur pendukung ekonomi nasional.

Ekspansi RAJA, TIRT, dan HUMI ke bisnis angkutan laut menandai fase baru diversifikasi industri maritim Indonesia. Langkah ini mencerminkan adaptasi perusahaan terhadap peluang global sekaligus meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Terkini