Strategi Polytron Hadapi Tantangan Produksi dan Distribusi Mobil Listrik

Kamis, 20 November 2025 | 13:24:25 WIB
Strategi Polytron Hadapi Tantangan Produksi dan Distribusi Mobil Listrik

JAKARTA - Polytron, perusahaan elektronik milik Grup Djarum, blak-blakan mengungkapkan tantangan yang dihadapi dalam memproduksi mobil listrik lokal di Indonesia.

Langkah ini dilakukan menyusul dimulainya produksi massal mobil listrik G3+ dan G3 secara semi-knocked down (SKD) di pabrik PT Handal Indonesia Motor (HIM), Purwakarta, Jawa Barat, pada Juli 2025.

Commercial Director Polytron, Tekno Wibowo, menyampaikan bahwa target awal perusahaan adalah memproduksi 1.000 unit mobil listrik hingga akhir 2025. Namun, sejumlah kendala membuat target tersebut kemungkinan hanya terealisasi setengahnya.

“Kami targetnya [produksi] 1.000 unit kan awalnya. Cuma mungkin delivery-nya sampai akhir tahun itu hanya 500-600 unit,” ujar Tekno.

Kompetensi Tenaga Kerja Jadi Tantangan Utama

Salah satu kendala utama adalah kompetensi tenaga kerja di lini perakitan. Sebagian besar operator baru menjalani proses adaptasi dan pelatihan sehingga membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan sistem produksi. Tekno menekankan bahwa learning process bagi operator sangat penting agar kualitas perakitan tetap terjaga.

“Yang assembly kan orangnya masih baru, mereka butuh learning process. Kedua, ada beberapa komponen yang kadang kurang, sehingga harus menunggu kedatangan komponennya. Itu saja sih sebetulnya,” jelasnya.

Proses adaptasi ini menjadi bagian alami dalam transisi menuju produksi mobil listrik lokal berskala besar. Keahlian operator sangat menentukan konsistensi kualitas kendaraan, terutama di tahap awal produksi massal.

Tantangan Ketersediaan Komponen

Selain tenaga kerja, Polytron juga menghadapi tantangan terkait ketersediaan komponen. Beberapa komponen kadang datang tidak sesuai jadwal, yang berdampak langsung pada proses perakitan dan pengiriman mobil ke konsumen.

Tekno menjelaskan bahwa sebagian besar pasokan baterai mobil listrik masih berasal dari pemasok China, khususnya Gotion, karena belum ada industri baterai skala besar di Indonesia. 

“Baterai sekarang hampir semua pasokannya dari China, saya belum lihat ada pabrik lokal. Kami juga ada kemitraan dengan pemasok China yang bikin di sini, seperti Gotion,” katanya.

Investasi Lini Produksi Modern

Polytron telah berinvestasi besar pada lini produksi yang modern di pabrik Handal, dengan kapasitas produksi hingga 30.000 unit per tahun. Meski saat ini berjalan dengan skala awal, fasilitas ini dirancang agar mampu mendukung ekspansi jangka panjang.

Salah satu keunggulan fasilitas produksi adalah Dyno Test yang kompatibel dengan kendaraan FWD, RWD, dan AWD, dilengkapi pengaturan wheelbase fleksibel dan sistem pemantauan suhu baterai secara real-time. Teknologi ini memungkinkan pengujian performa kendaraan secara menyeluruh sebelum dikirim ke konsumen.

Sistem Pengujian Berlapis

Proses produksi mobil listrik Polytron mencakup empat titik pengujian berlapis: setelah pemasangan baterai, pengujian perakitan, uji kebocoran air, hingga tahap akhir Pre Delivery Center (PDC).

Pendekatan pengujian berlapis ini memastikan setiap mobil listrik yang keluar dari pabrik memiliki standar kualitas tinggi. Selain meningkatkan performa, sistem ini juga membangun kepercayaan konsumen terhadap produk mobil listrik lokal.

Rencana Pengembangan Fasilitas Baterai

Polytron menyadari bahwa ketergantungan pada baterai impor menjadi tantangan utama. Oleh karena itu, perusahaan berencana membangun fasilitas perakitan dari sel baterai menjadi battery pack di dalam negeri.

Langkah ini diharapkan mengurangi ketergantungan impor, mempercepat proses produksi, dan membuka peluang pengembangan industri baterai lokal. Dengan adanya fasilitas assembly baterai lokal, Polytron juga bisa meningkatkan kontrol kualitas dan efisiensi produksi.

Realisasi Pengiriman Awal

Mengacu data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pengiriman wholesales mobil listrik Polytron G3 dan G3+ mencapai 210 unit pada periode Juli–Oktober 2025. 

Angka ini mencerminkan langkah awal Polytron dalam menembus pasar kendaraan listrik Indonesia, meski masih menghadapi tantangan produksi dan distribusi.

Target awal produksi 1.000 unit di tahun pertama menunjukkan optimisme perusahaan, sementara realisasi pengiriman yang lebih rendah mencerminkan kendala yang wajar dalam tahap awal produksi massal.

Strategi Polytron Menghadapi Tantangan

Polytron fokus mengatasi kendala tenaga kerja melalui pelatihan intensif bagi operator baru dan memperkuat rantai pasok komponen. Perusahaan juga terus memaksimalkan fasilitas pengujian dan teknologi Dyno Test untuk menjaga kualitas produk.

Tekno menegaskan bahwa pendekatan menyeluruh ini merupakan strategi Polytron agar produksi mobil listrik dapat berjalan optimal meski menghadapi tantangan logistik dan ketersediaan komponen.

Keunggulan Teknologi dan Inovasi Produk

Selain fokus pada produksi, Polytron terus berinovasi untuk meningkatkan pengalaman berkendara. Produk mobil listrik G3 dan G3+ dirancang dengan fitur modern yang meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna.

Integrasi sistem pengujian suhu baterai secara real-time dan Dyno Test memastikan performa kendaraan konsisten, sementara perencanaan battery pack lokal menjanjikan efisiensi jangka panjang. 

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Polytron tidak hanya berfokus pada kuantitas produksi, tetapi juga kualitas dan keberlanjutan ekosistem mobil listrik.

Polytron secara terbuka mengungkapkan tantangan produksi mobil listrik lokal di Indonesia, mulai dari kompetensi operator, ketersediaan komponen, hingga ketergantungan pada baterai impor. Meski menargetkan 1.000 unit produksi hingga akhir 2025, pengiriman diperkirakan hanya mencapai 500–600 unit.

Dengan investasi fasilitas modern, sistem pengujian berlapis, serta rencana pembangunan assembly battery pack lokal, Polytron menunjukkan komitmen jangka panjang untuk menghadirkan mobil listrik berkualitas. 

Strategi ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik, memperkuat posisi Polytron di pasar nasional, dan membuka peluang pengembangan industri baterai dalam negeri.

Terkini