JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) tengah mengkaji kemungkinan pembelian konsentrat tembaga dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sebagai solusi alternatif pasokan bahan baku smelter di Manyar, Gresik.
Langkah ini muncul menyusul berhentinya pasokan dari tambang Grasberg, Papua, akibat insiden longsoran lumpur di tambang bawah tanah.
VP Corporate Communications Freeport Katri Krisnati menjelaskan, kajian ini mencakup aspek teknis, operasional, keekonomian, serta kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
“Freeport saat ini tengah melakukan evaluasi terkait opsi pengambilan konsentrat tembaga dari Amman,” katanya.
Revisi RKAB dan Koordinasi dengan ESDM
Selain kajian teknis dan operasional, Freeport juga menyesuaikan rencana kerja anggaran dan biaya (RKAB) 2026. Proses revisi masih berlangsung dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Katri menambahkan, “Terkait RKAB, kami sedang berproses dengan Kementerian ESDM.”
Langkah ini menunjukkan upaya Freeport untuk tetap mematuhi ketentuan pemerintah sekaligus menjaga keberlanjutan operasional smelter di tengah keterbatasan pasokan konsentrat dari Grasberg.
Dorongan Pemerintah untuk Alternatif Pasokan
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya mendorong Freeport untuk membeli konsentrat tembaga dari AMMN. Ia telah bertemu dengan Presiden Direktur PTFI Tony Wenas untuk membahas rencana tersebut.
Bahlil menekankan agar negosiasi dilakukan secara bisnis-ke-bisnis (B2B) antara Freeport dan AMMN, tanpa intervensi pemerintah dalam urusan harga dan kontrak.
“Pak Tony kemarin kan ketemu sama saya, saya minta untuk Amman dan Freeport melakukan komunikasi B2B agar material mereka bisa dibeli oleh Freeport untuk diolah di smelter Freeport dengan harga keekonomian,” kata Bahlil. Ia menambahkan, “Artinya itu persoalan B2B. Pemerintah itu hanya regulator, urusan B2B-nya jangan.”
Relaksasi Ekspor Konsentrat Amman
AMMN sebelumnya memperoleh relaksasi ekspor konsentrat tembaga sebanyak 480.000 metrik ton kering (dmt) dari Kementerian ESDM. Relaksasi ini berlaku mulai 31 Oktober 2025 hingga April 2026, diberikan karena kondisi smelter AMMN dalam keadaan kahar, sebelum insiden di Grasberg.
Rachmat Makkasau, Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), menegaskan perusahaan terbuka untuk menjual konsentrat ke berbagai pihak, termasuk PTFI.
“Kita terbuka untuk melakukan penjualan ke siapa saja yang tentunya memberikan benefit untuk kedua-dua pihak,” kata Rachmat.
Produksi dan Persediaan Konsentrat AMMN
AMMN menargetkan produksi 2025 sebesar 430.000 dmt konsentrat tembaga, dengan kandungan sekitar 228 juta pon tembaga dan 90.000 ons emas. Target ini mempertimbangkan produksi dari stockpile serta bijih segar berkadar rendah dari lingkar luar fase 8.
Per akhir 2024, AMMN memiliki persediaan sebesar 190.000 dmt, sementara hingga 30 September 2025, produksi mencapai 310.143 dmt, di mana 273.506 dmt telah diumpankan ke fasilitas smelter.
Total inventori konsentrat di fasilitas penyimpanan AMMN per akhir September 2025 tercatat 226.637 dmt. Data ini menunjukkan bahwa AMMN memiliki kapasitas memadai untuk memenuhi permintaan tambahan dari pihak lain, termasuk Freeport.
Dampak Insiden Grasberg terhadap Smelter PTFI
Insiden longsoran lumpur di Grasberg Block Cave (GBC) mengakibatkan pasokan konsentrat ke smelter PTFI di JIIPE Manyar, Gresik, terhenti. Tony Wenas, Presiden Direktur PTFI, menyatakan, “Sekarang operasionalnya [smelter] bisa dikatakan berhenti karena konsentratnya enggak ada,”.
Gangguan ini memicu perlunya opsi alternatif agar produksi smelter tetap berjalan, termasuk kemungkinan pembelian konsentrat dari AMMN yang memiliki stok cukup dan kapasitas ekspor yang telah direlaksasi pemerintah.
Strategi B2B dan Keekonomian
Pendekatan B2B antara Freeport dan AMMN memungkinkan transaksi dilakukan secara transparan dan berbasis harga keekonomian.
Strategi ini diharapkan menguntungkan kedua pihak dan menjamin keberlanjutan pasokan tembaga bagi smelter PTFI. Pemerintah tetap menjalankan peran sebagai regulator, sementara keputusan bisnis diserahkan pada perusahaan.
Kajian Freeport mencakup evaluasi aspek teknis, kemampuan pasokan, harga, serta kepatuhan terhadap regulasi. Semua ini menjadi langkah strategis agar smelter tetap dapat beroperasi optimal meski menghadapi keterbatasan bahan baku dari tambang utama.
Potensi Dampak Jangka Panjang
Jika pembelian konsentrat dari AMMN terealisasi, hal ini akan memastikan kelangsungan operasi smelter PTFI di Gresik. Selain itu, hubungan bisnis B2B antara Freeport dan AMMN dapat menjadi model kolaborasi industri pertambangan yang efisien, berbasis keekonomian, dan tetap patuh pada regulasi pemerintah.
Langkah ini juga berpotensi menjaga stabilitas produksi tembaga nasional, yang memiliki peran strategis dalam industri logam dan energi. Pasokan konsentrat yang konsisten akan mendukung pencapaian target RKAB 2026 serta menjaga kontinuitas aktivitas smelter di Jawa Timur.
PT Freeport Indonesia tengah mengevaluasi pembelian konsentrat tembaga dari PT Amman Mineral Internasional Tbk sebagai alternatif pasokan akibat keterhentian produksi di Grasberg. Kajian mencakup aspek teknis, operasional, keekonomian, dan kepatuhan regulasi.
Pemerintah mendorong negosiasi B2B dan memberikan relaksasi ekspor bagi AMMN, sementara kedua perusahaan menekankan keuntungan bersama dalam transaksi.
Dengan langkah strategis ini, Freeport berharap dapat menjaga kelangsungan operasional smelter di Manyar, memastikan produksi tembaga tetap berjalan, dan memenuhi target RKAB 2026 yang sedang dibahas dengan Kementerian ESDM.
Realisasi opsi ini juga diharapkan memberikan model kolaborasi bisnis yang menguntungkan bagi kedua belah pihak dan stabilitas pasokan tembaga nasional.