JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menyampaikan apresiasi tinggi kepada Kedutaan Besar Belanda atas dukungannya dalam memperkuat hubungan budaya dan profesional antara Indonesia dan Belanda.
Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa Kemkomdigi, Molly Prabawaty, saat pembukaan Pameran World Press Photo (WPP) 2025 yang digelar oleh Kedubes Belanda di Jakarta.
“Kami mengapresiasi komitmen berkelanjutan Kedutaan Besar Belanda dalam memperkuat hubungan budaya dan profesional antara Indonesia dan Belanda,” ujar Molly.
Pernyataan ini menegaskan pentingnya kerja sama lintas negara untuk memajukan jurnalisme dan fotografi, sekaligus membuka kesempatan bagi para fotografer muda dan profesional di Indonesia untuk bersinergi dengan dunia internasional.
Pentingnya Jurnalisme Kritis dan Etis
Molly menekankan bahwa di era informasi saat ini, peran jurnalisme kritis dan etis menjadi semakin vital. Para fotografer, jurnalis, dan editor berada di garis depan untuk menghadirkan kisah yang tidak hanya memberi informasi, tetapi juga menantang perspektif pembaca serta memperdalam pemahaman mereka tentang realitas dunia.
“Karya-karya ini tidak sekadar untuk dilihat, tetapi juga direnungkan,” ujar Molly. Pernyataan ini mencerminkan nilai filosofi pameran WPP 2025, yang menekankan bahwa setiap foto membawa pesan mendalam dan menuntut refleksi dari publik.
Lebih lanjut, Molly menyebutkan bahwa pameran ini menjadi cerminan bagaimana fotografi berfungsi sebagai bahasa universal yang melampaui batas negara, menyampaikan pengalaman manusia secara langsung, dan memberikan kesaksian terhadap berbagai fenomena global.
“Setiap foto yang dipamerkan mewakili keberanian, kesaksian, dan pencarian akan kebenaran. Sebagian besar mungkin menantang, sebagian lainnya menggugah harapan, namun satu pertanyaan penting tetap relevan: dunia seperti apa yang ingin kita tinggali, dan tanggung jawab apa yang siap kita ambil?” jelas Molly.
Pameran World Press Photo 2025
Pameran WPP 2025 menampilkan karya dari 42 fotografer terbaik dunia, hasil seleksi dari 59.320 foto yang dikirim oleh 3.778 fotografer dari 141 negara. Karya-karya yang dipamerkan mencakup beragam isu global, mulai dari krisis iklim, dampak perang di Jalur Gaza, hingga perjuangan migran di Amerika Selatan.
Pameran ini berlangsung dari 21 November hingga 20 Desember 2025, memberikan kesempatan luas bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya untuk menyaksikan langsung karya jurnalistik visual kelas dunia.
Selain itu, pameran ini menjadi wadah edukasi publik mengenai isu-isu sosial, politik, lingkungan, dan kemanusiaan melalui media fotografi.
Prestasi Fotografer Indonesia
Salah satu pencapaian membanggakan dalam WPP 2025 adalah keberhasilan fotografer Indonesia, Mas Agung Wilis Yudha Baskoro, meraih penghargaan foto tunggal untuk wilayah Asia Pasifik dan Oseania. Mas Agung menampilkan esai foto yang menyoroti dampak pertambangan nikel di Pulau Halmahera.
Dalam karya tersebut, terekam sejumlah pekerja tambang berada di dalam kendaraan, dengan latar belakang dua cerobong Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara. Foto ini tidak hanya menunjukkan kondisi kerja pekerja tambang, tetapi juga menyoroti isu lingkungan dan dampak energi fosil terhadap masyarakat lokal.
Prestasi ini sekaligus menegaskan bahwa jurnalisme visual Indonesia mampu bersaing di kancah internasional, membawa isu lokal ke perhatian global melalui bahasa universal fotografi.
Peran Diplomasi Budaya
Pameran yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Belanda bukan sekadar ajang apresiasi seni visual, tetapi juga bagian dari diplomasi budaya. Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran pengalaman profesional, peningkatan kapasitas jurnalis lokal, serta penguatan jaringan internasional bagi fotografer Indonesia.
Kemkomdigi melihat kegiatan semacam ini sebagai upaya strategis dalam memperkuat soft power Indonesia di kancah global, sambil memberikan wadah bagi masyarakat untuk memahami isu dunia melalui media yang kuat secara emosional.
Tantangan dan Harapan
Molly menekankan bahwa tantangan terbesar dalam jurnalisme modern adalah bagaimana menyampaikan informasi secara kritis tanpa kehilangan akurasi dan kepekaan terhadap isu kemanusiaan. Melalui pameran WPP, diharapkan masyarakat dapat lebih menyadari tanggung jawab kolektif dalam menghadapi persoalan global.
“Fotografi jurnalistik tidak hanya mencatat fakta, tetapi juga menuntun kita untuk merenung dan bertindak,” tambahnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi nilai edukatif pameran, yang tidak hanya sekadar menampilkan karya seni, tetapi juga menjadi media refleksi sosial.
Pameran World Press Photo 2025 di Jakarta menjadi bukti nyata bagaimana kolaborasi internasional dan apresiasi terhadap jurnalisme visual dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Dukungan Kedutaan Besar Belanda, bersama Kemkomdigi, menunjukkan bahwa seni dan komunikasi massa memiliki peran strategis dalam membangun pemahaman lintas negara.
Keberhasilan fotografer Indonesia seperti Mas Agung Wilis Yudha Baskoro memperlihatkan kemampuan lokal untuk bersaing di level global, sekaligus mengangkat isu nasional ke perhatian dunia.
Melalui pameran ini, masyarakat Indonesia tidak hanya menikmati karya fotografi berkualitas internasional, tetapi juga diajak untuk merenungkan isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan yang relevan bagi kehidupan sehari-hari.
Dengan dukungan pemerintah dan diplomasi budaya, diharapkan jurnalisme visual Indonesia terus berkembang, kritis, etis, dan mampu menghadirkan perubahan positif bagi masyarakat luas.