BRIN Ungkap Rafflesia Hasseltii Pertegas Keanekaragaman Hayati Indonesia

Senin, 24 November 2025 | 10:29:19 WIB
BRIN Ungkap Rafflesia Hasseltii Pertegas Keanekaragaman Hayati Indonesia

JAKARTA - Indonesia kembali menegaskan statusnya sebagai negara dengan kekayaan flora yang luar biasa. 

Penemuan terbaru bunga langka Rafflesia hasseltii di hutan Sumatera Barat dan Bengkulu menunjukkan bahwa keanekaragaman genetik Rafflesia di Indonesia sejajar dengan Filipina. 

Temuan ini merupakan bagian dari proyek penelitian internasional bertajuk The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia, kolaborasi antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Bengkulu, dan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu, dengan dukungan pendanaan dari University of Oxford Botanic Garden and Arboretum serta Program RIIM Ekspedisi BRIN.

Peneliti BRIN, Joko Ridho Witono, menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan memahami hubungan kekerabatan genetik antarjenis Rafflesia sekaligus memperkuat upaya konservasinya di habitat asli. 

“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami memahami hubungan kekerabatan genetik antarjenis Rafflesia dan memastikan konservasinya di habitat asli,” ujarnya.

Kolaborasi Internasional untuk Penelitian Rafflesia

Penelitian yang dimulai awal 2025 ini melibatkan kolaborasi lintas negara. Tim BRIN memegang peran utama dalam pengumpulan dan analisis sampel di Indonesia, sementara Malaysia dan Filipina melakukan riset serupa di wilayah masing-masing. Joko menegaskan, seluruh material genetik tetap berada di Indonesia dan proses riset dilakukan secara legal dan berizin.

Salah satu momen penting terjadi saat tim melakukan survei di Bengkulu dan Sumatera Barat. Di Sijunjung, Sumatera Barat, tim berhasil mendokumentasikan Rafflesia hasseltii yang sedang mekar di kawasan hutan yang dikelola masyarakat melalui Lembaga Pengelola Hutan Nagari. 

“Habitat bunga ini bukan di kawasan konservasi, melainkan di hutan yang dikelola oleh Nagari. Ini menjadi catatan penting bagi upaya konservasi ke depan,” jelas Joko.

Temuan ini menunjukkan bahwa banyak populasi Rafflesia tumbuh di luar kawasan konservasi, termasuk di kebun kopi dan sawit milik masyarakat. Joko menekankan, pendekatan konservasi berbasis masyarakat sangat penting agar Rafflesia tidak terancam hilang akibat aktivitas manusia.

Dokumentasi Lapangan dan Peran Komunitas

Proses dokumentasi lapangan menarik perhatian publik. Salah satu anggota komunitas lokal, Septian Riki, terekam dalam video yang memperlihatkan ekspresi harunya saat pertama kali melihat Rafflesia hasseltii mekar di habitat aslinya. Rekaman ini viral dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian flora langka.

Pendekatan edukasi dan keterlibatan komunitas menjadi kunci agar konservasi berjalan efektif. Hal ini sejalan dengan strategi BRIN untuk melibatkan warga lokal dalam menjaga kelestarian Rafflesia.

Analisis Genetik Melalui Whole Genome Sequencing

Dalam aspek ilmiah, penelitian ini menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memetakan keseluruhan gen Rafflesia. Selama ini, penelitian DNA Rafflesia hanya meneliti potongan gen kecil sepanjang 500–1500 base pair. Kini, dengan WGS, tim BRIN memetakan jutaan pasangan basa untuk mendapatkan gambaran utuh genom Rafflesia.

“Adanya perbedaan signifikan pada data WGS spesies Rafflesia tertentu di Indonesia dapat menjadi indikasi spesies baru, dan ini akan menjadi fokus penelitian kami berikutnya,” kata Joko. 

Pendekatan ini membuka peluang ditemukannya jenis-jenis Rafflesia baru yang belum terdokumentasi secara ilmiah, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia.

Tantangan Penelitian Rafflesia

Penelitian Rafflesia bukan tanpa hambatan. Rafflesia adalah tumbuhan holoparasit, bunganya hanya mekar beberapa hari, dan banyak jenis berada di kawasan terpencil yang sulit dijangkau. 

“Menemukan Rafflesia dalam kondisi bunga mekar atau knop bukan hal mudah. Dibutuhkan informasi akurat dari komunitas lokal agar penelitian tidak sia-sia,” jelas Joko.

Selain tantangan alam, dukungan pemerintah dan masyarakat juga sangat diperlukan. Tim BRIN berencana menyusun policy paper berisi rekomendasi strategi konservasi nasional untuk memastikan Rafflesia tetap lestari. 

“Sebagai scientific authority, BRIN bertanggung jawab memberikan dasar ilmiah bagi kebijakan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia,” tegas Joko.

Peluang Baru untuk Konservasi dan Penelitian

Penemuan Rafflesia hasseltii sekaligus membuka peluang penelitian lebih luas. Indonesia memiliki 16 jenis Rafflesia, dan tim BRIN telah mengumpulkan 13 sampel untuk analisis DNA. Setiap jenis memiliki potensi unik yang bisa menjadi indikator kesehatan ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati Nusantara.

Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan ilmiah yang komprehensif, Indonesia bisa memastikan bahwa bunga langka ini tidak hanya bertahan di habitat asli, tetapi juga menjadi pusat penelitian global. 

Keberadaan Rafflesia di hutan yang dikelola masyarakat menunjukkan bahwa konservasi tidak harus selalu berada di kawasan formal, namun bisa dilakukan melalui pendekatan partisipatif dan edukatif.

Penemuan Rafflesia hasseltii menegaskan kekayaan genetik Rafflesia Indonesia sekaligus memperlihatkan tantangan dan peluang konservasi di masa depan. Dengan dukungan masyarakat, pemerintah, dan kolaborasi ilmiah internasional, bunga langka ini dapat dijaga kelestariannya. 

Penelitian WGS memperkuat pemahaman genetik, membuka kemungkinan ditemukannya spesies baru, dan menegaskan posisi Indonesia sebagai pusat konservasi Rafflesia dunia.

Sebagai bunga langka yang mekar hanya beberapa hari dan tersebar di hutan terpencil, Rafflesia memerlukan perhatian serius dari seluruh pihak. Konservasi berbasis masyarakat dan pendekatan ilmiah menjadi kombinasi penting untuk memastikan bahwa keanekaragaman hayati Indonesia tetap lestari dan menjadi warisan dunia.

Terkini