Gibran Dorong Inovasi AI Untuk Masa Depan Ekonomi Yang Adil Dan Merata

Senin, 24 November 2025 | 10:29:46 WIB
Gibran Dorong Inovasi AI Untuk Masa Depan Ekonomi Yang Adil Dan Merata

JAKARTA - Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, menegaskan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan menjadi faktor penentu kekuatan ekonomi dunia beberapa dekade mendatang. 

Pernyataan ini disampaikan dalam pidato resmi pada sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan.

Dalam pidatonya, Gibran menyoroti tantangan besar yang muncul dari perkembangan AI, terutama terkait distribusi manfaatnya. Menurutnya, revolusi teknologi ini saat ini masih menguntungkan segelintir perusahaan di negara maju, sementara sebagian besar masyarakat global belum merasakan dampaknya.

“Masa depan yang adil dan setara bagi semua. Ini adalah tujuan bersama kita, tetapi kita harus jujur, apakah kita sedang bergerak menuju masa depan itu atau menjauh darinya? AI akan menentukan kekuatan ekonomi selama beberapa dekade mendatang,” ujar Gibran di hadapan para kepala negara G20 dalam bahasa Inggris.

Ketimpangan Manfaat AI dan Risiko Kesenjangan Digital

Gibran menjelaskan bahwa manfaat AI yang timpang berpotensi memperdalam kesenjangan digital antarnegara. Negara berkembang berisiko tertinggal jika tidak memiliki akses memadai terhadap teknologi dan data AI. 

Ia menekankan bahwa jika ketimpangan ini dibiarkan, keuntungan dari revolusi digital hanya akan dinikmati segelintir pihak, sedangkan kerugian akan menimpa banyak orang.

“Namun hari ini, manfaatnya masih sangat timpang, terkonsentrasi di segelintir perusahaan dari beberapa negara maju,” imbuh Gibran. Kondisi ini menunjukkan urgensi bagi G20 untuk menekankan tata kelola yang adil dan inklusif dalam implementasi AI.

Inklusivitas dan Tata Kelola Etis AI

Menurut Gibran, teknologi AI harus dikelola secara etis dan inklusif. Semua negara dan inovator harus memiliki kesempatan setara untuk mengakses data, sistem pelatihan, dan platform global, sehingga transformasi digital dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas, bukan hanya perusahaan tertentu.

“G20 harus memastikan bahwa AI menjadi kekuatan yang inklusif. Hal tersebut dapat terwujud dengan tata kelola yang etis dan akses yang setara, sehingga para inovator dapat mengakses kumpulan data, sistem pelatihan, dan platform global,” ujarnya.

Hal ini menjadi penekanan penting, karena AI bukan sekadar alat teknologi, melainkan juga instrumen sosial-ekonomi yang dapat memengaruhi kesejahteraan jutaan orang jika tidak dikelola dengan bijak.

Dukungan Indonesia terhadap Transisi Inklusif

Gibran menegaskan dukungan Indonesia terhadap transisi AI yang inklusif. Negara ini mendorong kesepakatan kerja adil, kesetaraan gender, pelatihan ulang (reskilling), serta perlindungan sosial bagi pekerja. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjamin bahwa transformasi digital memberikan manfaat merata bagi seluruh lapisan masyarakat.

“Indonesia percaya bahwa transisi inklusif dimungkinkan, dan oleh karena itu kami mendukung kesepakatan kerja warga negara G20 untuk upah yang adil, kesetaraan gender, pelatihan keterampilan ulang, dan perlindungan sosial,” jelas Gibran.

Keadilan sebagai Landasan Pembangunan Masa Depan

Dalam pidatonya, Gibran menekankan bahwa keadilan harus menjadi prinsip utama dalam menghadapi era AI. Keadilan ini mencakup pengelolaan teknologi baru, pemanfaatan sumber daya alam, dan perlindungan pekerja dari dampak disrupsi digital.

“Indonesia percaya bahwa masa depan harus dibangun di atas keadilan, keadilan dalam cara kita mengelola teknologi baru, keadilan dalam cara kita memanfaatkan sumber daya alam, dan keadilan bagi para pekerja kita,” tegasnya.

Dengan prinsip keadilan sebagai landasan, Gibran berharap transformasi digital dan AI tidak hanya meningkatkan produktivitas ekonomi, tetapi juga memperkuat kesejahteraan sosial dan pemerataan kesempatan di seluruh dunia.

Kolaborasi Global dalam Era AI

Gibran juga menekankan pentingnya kolaborasi internasional. Indonesia siap bekerja sama dengan negara-negara anggota G20 untuk memastikan teknologi AI dapat dimanfaatkan secara maksimal, tetapi tetap inklusif dan adil.

Menurutnya, G20 memiliki peran strategis sebagai jembatan antara inovasi, kemajuan, inklusi, dan keadilan sosial. Kolaborasi lintas negara diperlukan untuk mengatasi tantangan yang muncul dari ketimpangan manfaat AI, serta mendorong pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan.

Tantangan dan Peluang AI bagi Indonesia

Bagi Indonesia, AI merupakan peluang sekaligus tantangan. Dengan pengelolaan yang tepat, teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi, daya saing, dan produktivitas nasional. Namun, jika ketimpangan akses tidak diatasi, AI justru dapat memperbesar kesenjangan sosial dan ekonomi.

Gibran menekankan pentingnya strategi inklusif yang menjangkau berbagai sektor, termasuk pelatihan keterampilan digital untuk generasi muda, dukungan untuk startup, serta pemberian akses teknologi canggih bagi inovator lokal. Dengan cara ini, Indonesia dapat memaksimalkan potensi AI tanpa meninggalkan kelompok masyarakat tertentu.

Pesan Gibran untuk Dunia

Pidato Gibran di KTT G20 menegaskan satu pesan utama: AI bukan sekadar alat ekonomi, tetapi juga tanggung jawab sosial global. Negara maju maupun berkembang harus bekerja sama untuk memastikan teknologi ini memberikan manfaat merata, sehingga revolusi digital menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Dengan pendekatan kolaboratif, transparan, dan berbasis keadilan, Gibran yakin AI dapat menjadi kekuatan positif bagi dunia, meningkatkan kesejahteraan manusia, dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan bagi semua negara anggota G20.

Terkini