JAKARTA - Jakarta Timur menyimpan kekayaan kuliner yang jarang terekspos media, namun tetap memikat pengunjung dari berbagai generasi.
Kawasan Jatinegara bukan hanya padat aktivitas pasar dan pemukiman, tetapi juga gudang makanan legendaris yang mempertahankan cita rasa otentik selama puluhan tahun. Dari ayam goreng klasik hingga jajanan tradisional yang terselip di gang kecil, setiap kuliner punya cerita dan penggemar setia.
Meski sebagian tempat tidak terlalu besar atau tersembunyi, pelanggan tetap rela antre panjang demi menikmati sajian yang sudah menjadi bagian sejarah kuliner kota ini. Berikut tujuh rekomendasi kuliner legendaris di Jatinegara yang wajib dicoba.
1. Ayam Goreng Ibu Haji: Legenda Sejak 1948
Ayam Goreng Ibu Haji menjadi ikon kuliner Jatinegara karena telah berdiri sejak 1948. Meski sempat mengalami kebakaran pada 1998, kedai ini tetap mempertahankan resep turun-temurun. Menu sederhana, ayam goreng bumbu kuning dengan sayur asem, justru membuat pelanggan setia kembali.
Potongan ayam kampung besar dimasak dengan bumbu ungkep kuning meresap hingga ke dalam. Rasa gurih semakin nikmat saat dicocol sambal ulek merah, disandingkan dengan sayur asem segar. Selain ayam, tersedia juga empal goreng dengan serundeng. Harga seporsi ayam kampung sekitar Rp 25.000, sangat terjangkau.
2. Siomay Wawa: Kenikmatan Tradisional Sejak 1990-an
Berlokasi di Gang Banten, Pasar Jatinegara, Siomay Wawa tetap digemari sejak era 1990-an. Terbuat dari campuran ayam dan udang, teksturnya kenyal, menyerupai dimsum.
Selain siomay, tersedia juga ngohiong yang lembut. Karena tingginya permintaan, pembeli disarankan memesan minimal satu hari sebelumnya. Harga per porsi sekitar Rp 30.000, dengan jam operasional 05.00-17.00. Aroma khas dan rasanya yang autentik membuat Siomay Wawa tetap jadi favorit warga lokal.
3. Combro Bu Aminah: Jajanan Tradisional yang Selalu Dicari
Combro Bu Aminah, populer disebut Terminal Combro, berada di Gang Tai, menawarkan adonan singkong padat berisi oncom berbumbu gurih pedas. Berdiri sejak 1980-an, combro ini semakin dikenal lewat liputan media dan food vlogger.
Selain combro, tersedia misro, getuk, ongol-ongol, dan roti goreng seharga sekitar Rp 3.500. Lokasi tersembunyi tidak mengurangi antusiasme pelanggan, bahkan banyak yang memesan H-1 agar kebagian. Rasanya autentik dan tidak berubah sejak dulu.
4. Toko Roti Gelora: Jejak Bakery Lawas 75 Tahun
Toko Roti Gelora, berdiri lebih dari 75 tahun, tetap mempertahankan resep tradisional roti jadul. Berada di gang padat pemukiman Bali Mester, toko ini populer meski lokasinya tersembunyi.
Menu roti meliputi roti tawar, manis, gandum, roti sobek, dan roti pisang. Tersedia juga butter cookies berbagai rasa, seperti Vanilla Ring, Danish, dan Speculaas. Usaha ini kini dikelola oleh generasi kedua, Pak Ridwan, dan harga roti dimulai dari Rp 15.000.
5. Siomay Super Pak Aceng: Siomay Favorit Ribuan Pelanggan
Siomay Super Pak Aceng di Cipinang Raya dikenal sejak 1980-an. Menjual ribuan butir siomay dalam dua jam, ukuran besar mirip siomay restoran premium.
Menu lengkap: kentang, pare, siomay tahu goreng dan putih, kol gulung. Disajikan dengan bumbu kacang, jeruk nipis, dan kecap manis. Harga per biji hanya Rp 4.000. Tekstur kenyal, terutama siomay telur, membuat banyak orang rela antre panjang.
6. Sate Kambing H. Giyo: Ikon Kambing Legendaris Sejak 1985
Sate Kambing H. Giyo menyajikan sate gaya Solo dengan daging besar tapi empuk. Dibakar dengan olesan kecap dan rempah khas, menghasilkan aroma sedap dan rasa manis gurih.
Selain sate, tersedia tongseng, sop, dan tengkleng kambing. Harga satu porsi sate berkisar Rp 55.000. Tempat ini selalu ramai karena dagingnya lembut dan tidak berbau prengus, menjadikannya kuliner wajib saat berkunjung ke Jatinegara.
7. Soto Sapi Ni’mat: Soto Betawi Turun-Temurun Sejak 1952
Soto Sapi Ni’mat, berdiri 1952, menawarkan satu menu andalan: soto Betawi berkuah santan murni tanpa tambahan susu. Daging sapi, kikil, dan tulang muda dimasak dua kali agar empuk, disajikan dengan sambal rawit dan acar.
Seporsi soto dihargai Rp 26.000, atau Rp 32.000 jika termasuk nasi. Warung sederhana ini menghabiskan 15-25 kilogram daging per hari. Tidak tersedia di aplikasi ojek online, pengunjung harus datang langsung. Aroma gurih kuah santan membuat pelanggan kembali.
Menikmati Kuliner Legendaris Jatinegara
Kawasan Jatinegara menunjukkan bahwa kuliner jadul tetap relevan meski zaman terus berubah. Kesetiaan pelanggan, cita rasa turun-temurun, dan kualitas bahan membuat kuliner legendaris ini tetap eksis. Dari jajanan tradisional hingga masakan berat, setiap tempat punya karakter unik yang tak tergantikan oleh tren modern.
Mengunjungi Jatinegara berarti menyelami sejarah rasa, belajar menghargai resep warisan, dan menikmati makanan yang telah melewati puluhan tahun. Bagi pencinta kuliner, pengalaman ini tak hanya soal rasa, tapi juga soal perjalanan budaya dan cerita di balik setiap hidangan.