Proyek Energi Bersih Arkora Hydro Menjamin Arus Kas Investor Tiga Dekade

Rabu, 26 November 2025 | 10:06:24 WIB
Proyek Energi Bersih Arkora Hydro Menjamin Arus Kas Investor Tiga Dekade

JAKARTA - PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO), emiten energi bersih yang terafiliasi dengan Grup Astra, membukukan kinerja positif sepanjang sembilan bulan pertama 2025.

Kunci keberhasilan perseroan, menurut Direktur Utama Aldo Artoko, adalah strategi kontrak jangka panjang dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang menjamin aliran pendapatan stabil untuk investor dan pemegang saham.

“Jadi bukan tiap tahun kita harus pusing mencari source of revenue, tapi sekali kita menandatangani satu kontrak, kontrak tersebut akan berlangsung selama 30 tahun, sehingga cash flow untuk investor dan shareholders kita sudah terjamin selama 30 tahun ke depan untuk satu kontrak tersebut,” ujar Aldo.

Strategi ini berbeda dari pendekatan perusahaan lain yang lebih mengandalkan kontrak jangka pendek. Dengan kontrak PPA (power purchase agreement) yang panjang, ARKO memiliki kepastian finansial, sekaligus mengurangi risiko volatilitas harga energi.

Proyek-Proyek Kunci dan Pipeline

ARKO saat ini memiliki beberapa pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang sudah beroperasi, yaitu PLTA Cikopo di Garut, PLTA Tomasa, dan PLTA Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah. 

Proyek-proyek ini masing-masing telah menandatangani kontrak dengan PLN selama 15–25 tahun, sehingga pendapatan dari ketiganya dapat diprediksi dengan jelas.

Selain itu, ARKO sedang mengembangkan proyek baru, termasuk PLTA Pongbembe di Sulawesi Selatan. Kontrak PPA untuk Pongbembe telah ditandatangani pada 10 September 2025 melalui anak usaha PT Nosu Hydro, dengan jangka waktu kontrak 30 tahun sejak COD (commercial operating date). 

Proyek ini memiliki kapasitas 20 MW, dan konstruksi dimulai pada November 2025, diperkirakan COD sekitar 2029–2030.

Proyek lain yang tengah dalam tahap akhir pembangunan adalah PLTA Kukusan II di Lampung. Proyek ini telah mencapai 96,1% konstruksi dan ditargetkan COD pada kuartal IV 2025, dengan kapasitas 5,4 MW dan periode kontrak selama 25 tahun. 

PLTA Tomoni di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, merupakan proyek kedua yang sedang dibangun, konstruksinya sudah 52,7% dan direncanakan COD semester I 2026, dengan kapasitas 10 MW dan kontrak 25 tahun.

Manajemen ARKO memproyeksikan, dengan tambahan proyek Kukusan II dan Tomoni, kapasitas produksi energi bersih perseroan akan meningkat menjadi 257 GWh pada 2027. Hal ini menunjukkan strategi perusahaan dalam menambah kapasitas secara bertahap, sambil memastikan pendapatan tetap terjaga.

Keunggulan Biaya Konstruksi

Selain kontrak jangka panjang, faktor lain yang menguntungkan ARKO adalah efisiensi biaya konstruksi. Aldo menyatakan bahwa perseroan mampu membangun proyek dengan biaya sekitar US$1,8–2,1 juta per megawatt, yang berada di bawah standar industri. 

Efisiensi ini tidak hanya menekan beban pokok produksi, tetapi juga meningkatkan profitabilitas jangka panjang.

“Kita bisa membangun proyek-proyek kita di bawah standar industri, kita mempunyai ongkos pembangunan sekitar US$1,8 sampai US$2,1 juta per megawatt yang tergolong di bawah standar industri,” tegas Aldo.

Kinerja Keuangan Positif

Secara finansial, ARKO membukukan pendapatan sebesar Rp247,43 miliar hingga September 2025, tumbuh 61,18% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). 

Sementara itu, beban pokok pendapatan meningkat 84,34% YoY menjadi Rp158,13 miliar, dengan kontribusi terbesar dari biaya konstruksi sebesar 85,41% atau Rp135,06 miliar, naik 93% YoY.

Laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp47,68 miliar, meningkat 17,57% YoY. Tren pertumbuhan ini menunjukkan bahwa strategi kontrak jangka panjang dan efisiensi biaya berhasil mendorong performa keuangan perusahaan.

Respons Pasar dan Saham

Respon investor terhadap kinerja positif ARKO cukup signifikan. Pada sesi I perdagangan hari ini, harga saham ARKO melonjak 12,05% menjadi Rp3.720 per lembar. Jika dihitung selama sepekan terakhir, saham ini menguat 85,05%, dan dalam tiga bulan terakhir naik 158,33%. 

Bursa Efek Indonesia telah memberikan notifikasi unusual market activity (UMA) terhadap saham ARKO sebagai pengakuan atas lonjakan aktivitas perdagangan.

Lonjakan harga saham ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap model bisnis ARKO yang berbasis kontrak jangka panjang. Investor menilai perusahaan memiliki visibilitas pendapatan yang tinggi dan risiko finansial yang lebih rendah dibandingkan pesaing yang mengandalkan kontrak jangka pendek.

Prospek Jangka Panjang

Dengan pipeline proyek yang terus bertambah, termasuk PLTA Pongbembe yang kontraknya 30 tahun, ARKO memposisikan diri sebagai pemain utama energi bersih di Indonesia. 

Keunggulan kompetitif ini diperoleh melalui kombinasi antara kontrak jangka panjang, biaya konstruksi efisien, serta diversifikasi lokasi proyek di berbagai provinsi.

Aldo menekankan bahwa strategi ini memastikan keberlanjutan bisnis, sekaligus memberikan kepastian pendapatan bagi pemegang saham dan investor. “Dengan kontrak jangka panjang, kita tidak perlu khawatir mencari sumber pendapatan tiap tahun. Ini adalah ‘harta karun’ bagi ARKO untuk 30 tahun ke depan,” ujarnya.

ARKO menunjukkan bahwa kunci keberhasilan perusahaan energi bersih bukan hanya pada kapasitas produksi, tetapi juga pada strategi jangka panjang dan efisiensi biaya. 

Kontrak PPA dengan PLN yang berlangsung 15–30 tahun memberikan kepastian finansial, sementara proyek baru terus menambah kapasitas energi bersih yang dihasilkan. 

Tren kenaikan pendapatan, laba bersih, dan harga saham menegaskan bahwa model bisnis ARKO berhasil menciptakan nilai jangka panjang bagi pemangku kepentingan.

Dengan fondasi yang kokoh ini, ARKO siap menghadapi era energi bersih dengan stabilitas finansial dan pertumbuhan berkelanjutan, menjadikannya salah satu pemain utama di sektor energi terbarukan Indonesia selama tiga dekade ke depan.

Terkini