JAKARTA - TNI Angkatan Laut (AL) menegaskan kesiapan mengerahkan Kapal Republik Indonesia (KRI) Rumah Sakit untuk mendukung pasukan perdamaian di Gaza.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Tunggul menyampaikan bahwa ketiga kapal siap diberangkatkan untuk menjalankan operasi kemanusiaan.
“Pada prinsipnya ketiga KRI tersebut siap untuk dikirimkan dan melaksanakan operasi kemanusiaan,” ujar Tunggul
Pernyataan ini menunjukkan bahwa TNI AL telah menyiapkan segala sarana dan prasarana agar dukungan medis dapat segera hadir bagi masyarakat Gaza yang terdampak konflik.
Tiga KRI Rumah Sakit Siap Bertugas
Saat ini, TNI AL memiliki tiga KRI dengan fungsi rumah sakit, yaitu KRI dr Soeharso-990, KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991, dan KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992. Ketiga kapal tersebut dilengkapi fasilitas medis lengkap dan mampu memberikan pelayanan kesehatan darurat maupun rehabilitasi bagi korban konflik.
Meski demikian, hingga kini belum diputuskan kapal mana yang akan diberangkatkan lebih dahulu. Hal ini akan ditentukan sesuai kebutuhan misi di Gaza dan kesiapan operasional masing-masing KRI. Dengan demikian, TNI AL menegaskan fleksibilitas serta adaptabilitas dalam penugasan internasional.
Personel Prioritas Kesehatan dan Konstruksi
Selain kapal, TNI AL juga menyiapkan personel untuk mendukung misi kemanusiaan. Sebanyak 25 persen dari 20.000 prajurit yang diproyeksikan dikirim ke Gaza akan berasal dari matra laut, yakni sekitar 5.000 personel.
“Untuk spesifikasi personel diprioritaskan dengan kualifikasi kesehatan serta konstruksi, guna melaksanakan rehabilitasi bagi masyarakat korban perang,” jelas Tunggul.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa TNI AL menekankan peran medis dan rekonstruksi dalam misi perdamaian, sehingga kehadiran pasukan bukan hanya bersifat pengamanan, tetapi juga memberi manfaat sosial bagi warga terdampak.
Dukungan Pemerintah untuk Misi Perdamaian
Misi ini sejalan dengan rencana Presiden Prabowo Subianto mengirim pasukan perdamaian ke Gaza melalui Yordania. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia menyiapkan kekuatan signifikan untuk mendukung upaya perdamaian.
“Presiden Prabowo menyiapkan pasukan cukup besar karena, sebagaimana teman-teman tahu, kita sedang menyiapkan juga pembangunan kekuatan kita di Indonesia yang juga sedang kita tingkatkan,” kata Sjafrie.
Sjafrie menambahkan, pasukan yang dikirim akan difokuskan pada bidang kesehatan dan konstruksi, sesuai kebutuhan misi kemanusiaan. Strategi ini bertujuan agar TNI dapat berkontribusi maksimal dalam menjaga stabilitas dan membantu rehabilitasi warga Gaza pasca konflik.
Konteks Misi Perdamaian
Pengiriman pasukan perdamaian dilakukan setelah pemerintah memantau perkembangan situasi di Gaza, termasuk adanya gencatan senjata dan upaya pelucutan senjata antara Palestina dan Israel.
Dengan demikian, kehadiran TNI diharapkan mampu menjaga situasi damai agar tetap stabil hingga tercapai perundingan politik yang lebih permanen.
Keputusan ini juga menunjukkan peran aktif Indonesia dalam mendukung misi perdamaian internasional sekaligus memperkuat diplomasi kemanusiaan di kancah global. Keterlibatan TNI AL di Gaza menekankan pentingnya kolaborasi militer, kemanusiaan, dan diplomasi untuk mencapai stabilitas jangka panjang.
Tantangan dan Persiapan Operasional
Persiapan keberangkatan KRI dan personel tidak hanya mencakup logistik, tetapi juga kesiapan operasional penuh. TNI AL memastikan seluruh prajurit yang dikirim memiliki kualifikasi sesuai misi, termasuk kemampuan medis, penanganan darurat, dan pembangunan infrastruktur ringan di wilayah terdampak.
Selain itu, koordinasi antar matra TNI AL, AD, dan AU dilakukan secara intensif untuk menjamin operasi perdamaian berjalan efektif dan terintegrasi. Hal ini juga termasuk koordinasi dengan pemerintah Yordania dan otoritas setempat di Gaza untuk memaksimalkan keberhasilan misi.
TNI AL melalui pengiriman tiga KRI Rumah Sakit dan ribuan prajurit berperan penting dalam misi perdamaian Gaza. Fokus pada kesehatan dan konstruksi menunjukkan komitmen Indonesia dalam memberikan bantuan kemanusiaan yang menyeluruh.
Dukungan pemerintah, perencanaan matang, dan kolaborasi antar matra TNI menjadikan kesiapan ini sebagai langkah strategis dalam diplomasi kemanusiaan.
Langkah ini diharapkan tidak hanya menjaga keamanan dan stabilitas, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Gaza, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam misi perdamaian internasional.