JAKARTA - Di tengah pembangunan calon ibu kota Nusantara, Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengambil langkah strategis untuk memperkuat ketahanan lingkungan melalui pembangunan embung dan kolam retensi.
Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menjadi fokus pengembangan infrastruktur air ini. Langkah ini tidak hanya menghadapi tantangan perubahan iklim, tetapi juga membangun fondasi keberlanjutan kota yang modern dan ramah lingkungan.
Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, menegaskan bahwa total 24 badan air baru akan dibangun, menambah kapasitas dua juta meter kubik dari 30 embung yang sudah ada sebelumnya.
“Proyek ini menegaskan komitmen kami dalam menciptakan sistem pengelolaan air yang komprehensif dan berkelanjutan,” ujar Basuki.
Dengan total kapasitas mencapai empat juta meter kubik, infrastruktur ini dirancang untuk menjadi tulang punggung pengelolaan air di IKN.
Fungsi Strategis Embung dan Kolam Retensi
Embung dan kolam retensi di IKN memiliki peran strategis, terutama dalam implementasi prinsip “zero delta q”. Prinsip ini memastikan setiap bangunan tidak menambah debit air limpasan ke sistem drainase atau sungai.
Dengan penerapan prinsip tersebut, risiko banjir dapat diminimalkan, sekaligus menjaga keseimbangan hidrologis kawasan ibu kota baru.
Selain itu, IKN mengadopsi konsep “sponge city” atau kota spons, yang meniru siklus air alami. Konsep ini memungkinkan air hujan diserap, disimpan, dan dikelola secara efisien.
Embung dan kolam retensi berperan penting dalam mengendalikan aliran permukaan, mengurangi limpasan berlebih, dan memastikan ketersediaan air tetap stabil. Infrastruktur ini juga menahan air saat curah hujan tinggi, sehingga mencegah risiko genangan yang merugikan kawasan perkotaan.
Manfaat Lingkungan dan Estetika
Selain fungsi teknis, pembangunan embung dan kolam retensi membawa manfaat lingkungan dan estetika bagi IKN.
Embung mendukung konservasi air tanah dan permukaan, meningkatkan ketahanan kawasan terhadap perubahan iklim, serta menyediakan cadangan air baku sekunder. Air ini dapat digunakan untuk penyiraman taman, kebutuhan insidental, hingga pemadaman kebakaran.
Dari sisi estetika, badan air ini dirancang sebagai ruang terbuka hijau yang memperkaya karakter kota. Lanskap yang harmonis membuat IKN tidak hanya fungsional tetapi juga nyaman dan menarik bagi penghuni.
Kehadiran embung dan kolam retensi turut menurunkan suhu udara, meningkatkan kualitas lingkungan, dan menjadi elemen penting dalam menciptakan kota yang berkelanjutan.
Kolaborasi Multipihak dalam Pembangunan
Pembangunan embung dan kolam retensi melibatkan kolaborasi beberapa kontraktor terkemuka, yakni PT Bumi Karsa, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Nindya Karya. Basuki Hadimuljono menekankan bahwa keterlibatan kontraktor berpengalaman menjamin kualitas, efektivitas, dan daya tahan infrastruktur.
“Kerja sama ini menunjukkan komitmen berbagai pihak mendukung visi IKN sebagai kota aman, adaptif, dan berkelanjutan,” jelas Basuki.
Kolaborasi ini menjadi contoh pembangunan infrastruktur dasar yang kokoh, berorientasi lingkungan, dan siap menghadapi tantangan jangka panjang. Dengan integrasi embung dan kolam retensi, IKN tidak hanya meminimalkan risiko banjir, tetapi juga menciptakan kualitas ruang publik yang lebih baik.
Menuju Kota Berkelanjutan dan Resilien
Inisiatif pembangunan infrastruktur air ini menegaskan IKN sebagai kota yang resilien terhadap perubahan iklim. Embung dan kolam retensi tidak sekadar menampung air, tetapi juga mendukung siklus hidrologi alami, menjaga keseimbangan ekosistem, dan mengurangi tekanan pada sistem drainase perkotaan.
Ke depan, keberadaan badan air ini menjadi fondasi bagi pengelolaan sumber daya air yang cerdas dan efisien. Integrasi antara infrastruktur teknis dan ruang hijau memberikan manfaat ganda lingkungan tetap aman dari banjir sekaligus estetika kota meningkat.
Dengan demikian, IKN membuktikan bahwa pembangunan modern dapat sejalan dengan prinsip keberlanjutan lingkungan.
Pembangunan embung dan kolam retensi di IKN adalah wujud nyata komitmen pemerintah membangun ibu kota yang aman, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Infrastruktur ini mengintegrasikan prinsip zero delta q dan konsep sponge city, meniru siklus air alami untuk menyerap, menyimpan, dan mengelola air hujan secara optimal.
Selain fungsi teknis, embung dan kolam retensi memperkaya lanskap kota, menyediakan cadangan air baku, menurunkan suhu udara, serta meningkatkan kualitas lingkungan bagi masyarakat IKN di masa depan.
Kolaborasi antara kontraktor nasional yang berpengalaman memastikan proyek ini berjalan dengan standar kualitas tinggi.
Dengan langkah ini, IKN semakin mendekati visi sebagai kota modern, hijau, dan resilien, yang siap menghadapi tantangan perubahan iklim sekaligus menjaga kenyamanan dan keamanan bagi warganya. Infrastruktur air ini menjadi fondasi bagi pengelolaan lingkungan yang inovatif dan keberlanjutan kota jangka panjang.