Harga Beras Premium-Medium Alami Penurunan di November 2025

Selasa, 02 Desember 2025 | 08:14:36 WIB
Harga Beras Premium-Medium Alami Penurunan di November 2025

JAKARTA - Penurunan harga beras di berbagai level distribusi kembali menjadi perhatian pada November 2025, terutama karena dinamika pasokan dan distribusi pangan yang terus berubah sepanjang tahun.

Momen ini menjadi salah satu indikator penting dalam menilai stabilitas harga bahan pokok nasional, terlebih ketika konsumen dan pelaku usaha menantikan kejelasan mengenai pergerakan harga beras—komoditas yang menjadi kebutuhan utama rumah tangga di seluruh Indonesia. 

Dalam laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), terlihat bahwa penurunan harga beras terjadi secara bulanan, meski secara tahunan masih menunjukkan tren kenaikan. Kondisi ini memberi gambaran bahwa fluktuasi harga masih cukup kuat dalam jangka pendek, namun tetap berada pada pola kenaikan yang konsisten dibandingkan tahun sebelumnya.

Penjelasan BPS Mengenai Tren Harga Beras Bulanan dan Tahunan

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan dalam rilis resmi BPS pada Senin, 1 Desember 2025 bahwa baik beras premium maupun medium di tingkat penggilingan menunjukkan penurunan harga secara month-to-month (mtm). Namun, jika dilihat secara year-on-year (yoy), keduanya tetap mencatat peningkatan. 

Penjelasan ini sekaligus menegaskan adanya pergerakan harga yang tidak seragam antara periode bulanan dan tahunan, sesuatu yang lazim terjadi dalam komoditas pangan yang dipengaruhi siklus panen dan distribusi.

Dalam penjelasannya, Pudji menyebutkan bahwa “beras premium [di penggilingan] turun 0,66% secara month-to-month, tetapi naik 5,48% secara year-on-year, sementara beras medium turun 0,97% secara month-to-month tetapi naik 6,46% secara year-on-year.” 

Kutipan ini memberikan gambaran bahwa penurunan harga dalam jangka pendek tidak serta merta menghapus kenaikan harga yang telah terakumulasi dalam satu tahun terakhir. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari biaya produksi, cuaca, distribusi, hingga kebutuhan konsumsi yang berubah sepanjang tahun.

Perubahan Harga Beras di Tingkat Penggilingan dan Dampaknya

BPS juga merinci bahwa rata-rata harga beras di tingkat penggilingan mengalami penurunan 0,88% mtm. Harga yang sebelumnya berada di posisi Rp13.439 per kilogram pada Oktober 2025, turun menjadi Rp13.320 per kilogram pada November 2025. Meski demikian, bila membandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, rata-rata harga tersebut justru naik 6% secara yoy. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan harga dalam jangka panjang tetap ada, meskipun tren bulanan menunjukkan sisi yang lebih stabil.

Penurunan harga ini memberi sinyal positif bagi pelaku penyedia beras di lini awal, meski kenaikan tahunan tetap menjadi catatan penting. Produsen dan penggilingan harus tetap waspada terhadap tren biaya produksi yang bisa memberikan tekanan terhadap harga ke depan.

Kondisi Harga Beras di Tingkat Grosir yang Mengikuti Tren Serupa

Tak hanya di penggilingan, penurunan harga juga berlangsung di tingkat grosir. BPS mencatat rata-rata harga beras grosir turun 0,93% mtm, dari Rp14.264 per kilogram pada Oktober 2025 menjadi Rp14.131 per kilogram pada November 2025. Sama seperti tren di penggilingan, harga beras grosir pun memperlihatkan kenaikan secara tahunan dengan pertumbuhan 5,03% yoy. Fenomena serupa menunjukkan bahwa meski pasokan dan transaksi jangka pendek memberikan tekanan penurunan harga, harga tahunan tetap bergerak naik dan menjadi catatan bagi pemerintah serta pelaku industri pangan.

Perubahan harga grosir ini juga berpengaruh terhadap pasar ritel dan perilaku pedagang, karena harga grosir menjadi acuan utama dalam menentukan harga jual ke konsumen di berbagai daerah.

Harga Beras Eceran dan Respons Konsumen di Pasar

Pergerakan harga di tingkat eceran yang langsung dirasakan oleh konsumen juga menunjukkan pola yang sejalan. BPS mencatat penurunan harga eceran sebesar 0,59% mtm menjadi Rp15.067 per kilogram pada November 2025, turun dari Rp15.157 pada bulan sebelumnya.

Meski mengalami penurunan bulanan, harga eceran secara tahunan tetap naik 3,72%. Kenaikan tahunan ini menggambarkan bahwa harga beras, yang menjadi komoditas paling vital di pasar, belum sepenuhnya kembali ke posisi ideal meski beberapa kebijakan stabilisasi telah dijalankan.

Penyesuaian harga ini biasanya langsung memengaruhi daya beli masyarakat, terutama kelompok rumah tangga yang sensitif terhadap perubahan harga kebutuhan pokok.

Cakupan Data dan Penegasan BPS Mengenai Variasi Wilayah

Menurut Pudji, semua harga yang disampaikan BPS merupakan rata-rata nasional yang mencakup seluruh jenis kualitas beras serta wilayah di Indonesia. Ia menegaskan, “Harga beras yang kami sampaikan di sini merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas dan juga mencakup seluruh wilayah yang ada di Indonesia.” Pernyataan ini penting karena perbedaan wilayah dan kualitas beras dapat mempengaruhi variasi harga di lapangan.

Faktor geografis, biaya distribusi, infrastruktur hingga akses pasar sering kali menyebabkan harga beras berbeda antarwilayah, sehingga penggunaan rata-rata nasional menjadi pendekatan yang tepat untuk melihat gambaran umum.

Makna Tren Harga dan Tantangan Stabilitas Pangan ke Depan

Secara keseluruhan, penurunan harga beras pada November 2025 memberi sinyal positif bagi stabilitas pangan nasional, meski tren kenaikan tahunan tetap menjadi tantangan. 

Kondisi ini menunjukkan perlunya perbaikan berkelanjutan dalam rantai pasok, distribusi, serta peningkatan efisiensi produksi agar harga beras dapat lebih stabil dalam jangka panjang. Dengan data yang terus dipantau dan disampaikan secara transparan oleh BPS, harapan akan penguatan ketahanan pangan nasional di masa mendatang tetap terbuka lebar.

Terkini