Kemdiktisaintek Siapkan Dana Besar untuk Tanggap Darurat Bencana

Rabu, 03 Desember 2025 | 12:53:58 WIB
Kemdiktisaintek Siapkan Dana Besar untuk Tanggap Darurat Bencana

JAKARTA - Pendidikan tinggi di Indonesia kini memiliki peran strategis dalam penanganan bencana. 

Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) Kemdiktisaintek menyediakan dana khusus hingga Rp500 juta per proposal untuk program pengabdian kepada masyarakat tanggap darurat bencana di Sumatera. 

Program ini menegaskan pentingnya perguruan tinggi bukan hanya sebagai pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai kekuatan kemanusiaan yang mampu bergerak cepat dan tepat sasaran.

Dirjen Risbang Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman, menekankan bahwa setiap perguruan tinggi dapat mengajukan hingga lima proposal dengan plafon dana Rp500 juta per proposal. Dana ini bersifat fleksibel hingga 85 persen, agar dapat menyesuaikan kebutuhan lapangan di delapan bidang intervensi utama. 

“Program tanggap darurat bencana ini akan difokuskan pada delapan pilar utama, yaitu distribusi logistik, layanan kesehatan dan gizi, pendampingan psikososial, rehabilitasi sanitasi dan penyediaan air bersih, pendidikan darurat, pemulihan ekonomi, dukungan administrasi publik, serta mitigasi dan edukasi kebencanaan,” ujar Fauzan.

Delapan Pilar Intervensi untuk Respons Cepat dan Berkelanjutan

Delapan pilar tersebut dirancang untuk memastikan bahwa respons yang diberikan perguruan tinggi tidak hanya cepat tetapi juga berkelanjutan. 

Berdasarkan asesmen lapangan, beberapa kebutuhan kritis yang masih belum terpenuhi antara lain akses jalan yang terputus, jaringan komunikasi yang lumpuh, keterbatasan BBM, dan hambatan distribusi logistik yang memerlukan jalur alternatif. 

Fauzan menambahkan, pemetaan geografis, kapasitas perguruan tinggi posko, serta kebutuhan masyarakat menjadi dasar utama agar intervensi dapat tepat sasaran.

Kemdiktisaintek mengonsolidasikan 28 perguruan tinggi posko dan 11 perguruan tinggi pendukung yang akan terlibat dalam program pengabdian masyarakat ini.

Kehadiran akademisi, peneliti, dan mahasiswa di lapangan diharapkan menjadi wujud nyata bahwa ilmu, teknologi, dan inovasi harus bekerja untuk masyarakat terdampak bencana.

Menteri Mendukung Perguruan Tinggi Bergerak Cepat di Lapangan

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat kontribusi perguruan tinggi dalam penanganan bencana. Ia menyatakan bahwa perguruan tinggi bukan hanya pusat ilmu, melainkan juga kekuatan kemanusiaan. 

“Dalam situasi darurat seperti yang terjadi di Sumatera, kehadiran akademisi, peneliti, dan mahasiswa di lapangan menjadi wujud nyata bahwa ilmu, teknologi, dan inovasi harus bekerja untuk masyarakat. Kami memastikan seluruh sumber daya perguruan tinggi bergerak cepat, terkoordinasi, dan tepat sasaran,” tutur Brian.

Tahap pertama dari program ini, yang berlangsung hingga 31 Desember 2025, difokuskan pada tanggap darurat. Intervensi mencakup dukungan logistik, layanan kesehatan, penyediaan air bersih, sanitasi, pendidikan darurat, dan pemulihan awal di wilayah terdampak. 

Tahap kedua, yang dijadwalkan pada 2026, berfokus pada pemulihan menyeluruh, termasuk rehabilitasi, pemulihan ekonomi, dan inovasi berbasis teknologi.

Posko Perguruan Tinggi Jangkau Daerah Terdampak dan Terpencil

Perguruan tinggi akan membangun posko yang menjangkau wilayah terdampak termasuk daerah terpencil di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Intervensi lapangan yang disiapkan meliputi teknologi filtrasi air, desalinasi, dan sanitasi portabel untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi. 

Langkah ini diharapkan mempercepat penanganan dampak bencana sekaligus membangun kapasitas lokal di daerah terdampak.

Kemdiktisaintek juga melakukan percepatan melalui Rapid Assessment berbasis Google Form serta bimbingan teknis untuk penyusunan proposal. Hal ini ditujukan agar perguruan tinggi dapat memaksimalkan alokasi dana, menyesuaikan intervensi dengan kebutuhan masyarakat, dan memastikan setiap kegiatan yang dilakukan efektif.

Dana Besar untuk Intervensi Fleksibel di Lapangan

Dana hingga Rp500 juta per proposal memungkinkan perguruan tinggi menyesuaikan strategi intervensi. Fleksibilitas penggunaan hingga 85 persen membantu perguruan tinggi mengatasi kondisi lapangan yang dinamis, termasuk akses jalan terputus, distribusi logistik yang sulit, serta kebutuhan mendesak lainnya. 

Selain itu, dana ini dapat digunakan untuk mendukung berbagai jenis intervensi yang menjadi prioritas delapan pilar utama.

Program ini juga menekankan kolaborasi antarperguruan tinggi, baik posko maupun pendukung, agar koordinasi lebih efektif. Dengan demikian, bantuan yang diberikan tidak hanya bersifat sementara tetapi juga memberikan dampak berkelanjutan bagi masyarakat terdampak.

Kesimpulan: Perguruan Tinggi sebagai Kekuatan Penanganan Bencana

Dengan adanya dana khusus hingga Rp500 juta per proposal, program pengabdian masyarakat tanggap darurat bencana Sumatera menunjukkan bagaimana perguruan tinggi dapat menjadi ujung tombak penanganan bencana.

 Keberadaan posko, delapan pilar intervensi, dan dukungan penuh dari pemerintah memastikan bahwa respons tidak hanya cepat tetapi juga berkelanjutan. 

Program ini memperlihatkan sinergi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemanusiaan untuk melayani masyarakat, sekaligus memperkuat peran akademisi di tengah situasi darurat.

Terkini