Pemerintah Upayakan Insentif Otomotif 2026 Demi Ekonomi Berkelanjutan

Rabu, 03 Desember 2025 | 12:54:40 WIB
Pemerintah Upayakan Insentif Otomotif 2026 Demi Ekonomi Berkelanjutan

JAKARTA - Industri otomotif nasional tengah menghadapi tantangan yang cukup signifikan, dengan penurunan penjualan kendaraan secara keseluruhan sepanjang tahun 2025. 

Menyikapi kondisi tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk tetap memperjuangkan insentif bagi sektor ini pada tahun depan. 

Hal ini dianggap penting mengingat industri otomotif memiliki efek berganda (multiplier effect) yang besar terhadap ekonomi nasional, mulai dari penyerapan tenaga kerja hingga nilai tambah bagi produk domestik.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pentingnya stimulus ini dalam menjaga keberlanjutan industri otomotif.

 "Sektor ini merupakan sektor yang sangat penting, terlalu penting untuk kita abaikan, tidak mungkin kita abaikan. Forward, backward linkage yang luar biasa besar, penyerapan tenaga kerjanya juga luar biasa besar, nilai tambah untuk ekonominya juga luar biasa besar. Dan oleh sebab itu, kami akan tetap mengusulkan insentif atau stimulus kepada pemerintah untuk sektor otomotif," ujar Agus.

Penurunan Penjualan Mobil Nasional

Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa industri otomotif nasional mengalami kontraksi pada Januari–Oktober 2025. 

Penjualan mobil secara wholesales (dari pabrik ke dealer) tercatat 634.844 unit, turun 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 711.064 unit. Sedangkan retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) berada di angka 660.659 unit, turun 9,6 persen dari tahun sebelumnya sebesar 731.113 unit.

Agus menekankan bahwa kondisi ini membuat sektor otomotif memerlukan stimulus yang menyasar sisi permintaan maupun sisi persediaan. "Oleh sebab itu, merupakan tanggung jawab kami. Hal yang salah kalau kami tidak perjuangkan," katanya.

Lonjakan Penjualan Kendaraan Listrik Impor

Meski industri otomotif nasional menurun, penjualan kendaraan listrik (EV) mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menjelaskan bahwa kenaikan ini sebagian besar berasal dari kendaraan EV impor (CBU). 

Dari total penjualan kendaraan EV tahun 2025 sebesar 69.146 unit, 73 persen merupakan kendaraan EV impor yang nilai tambah dan penyerapan tenaga kerjanya berada di negara lain.

"Jadi keliru jika menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat hanya dengan mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu," tambah Febri.

Insentif untuk Mobil Listrik

Saat ini, pemerintah memberikan insentif untuk mobil listrik berbasis baterai (BEV), termasuk pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) nol persen. 

Tujuannya adalah untuk menguji pasar, namun mayoritas penerima manfaat insentif ini masih berupa kendaraan impor. Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk memperluas insentif agar industri otomotif domestik, yang menyerap tenaga kerja dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi Indonesia, juga mendapatkan dukungan.

Dampak Multiplier Effect Industri Otomotif

Agus menekankan bahwa sektor otomotif memiliki dampak ekonomi yang luas. Dari sisi hulu hingga hilir, industri ini melibatkan banyak sektor lain, mulai dari manufaktur komponen, logistik, hingga layanan penjualan dan perawatan kendaraan. 

Stimulus untuk sektor ini diharapkan mampu menstabilkan produksi dan penjualan, serta menjaga kelangsungan tenaga kerja yang bergantung pada industri otomotif.

Rencana Stimulus Tahun Depan

Kemenperin tengah menyiapkan paket insentif yang mencakup dukungan permintaan dan persediaan, termasuk bagi kendaraan yang diproduksi dalam negeri. 

Dengan adanya stimulus, pemerintah berharap produksi domestik meningkat, mampu bersaing dengan kendaraan impor, dan memberikan kontribusi lebih besar bagi ekonomi nasional.

“Forward, backward linkage dan penyerapan tenaga kerja yang besar membuat industri otomotif memiliki nilai tambah signifikan bagi ekonomi. Kami akan terus memperjuangkan stimulus ini agar sektor ini tetap bertumbuh,” tegas Agus.

Kondisi Pasar dan Tantangan Industri

Meskipun kendaraan listrik mengalami pertumbuhan, sektor otomotif domestik masih mengalami tekanan penurunan penjualan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk menyeimbangkan antara mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan dan menjaga keberlanjutan industri lokal. 

Stimulus diharapkan bisa memperkuat ekosistem industri, termasuk produsen komponen, pemasok lokal, dan tenaga kerja yang terlibat dalam rantai produksi kendaraan dalam negeri.

Industri otomotif Indonesia memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penurunan penjualan kendaraan domestik menandai perlunya intervensi pemerintah melalui insentif yang tepat, sementara lonjakan kendaraan listrik impor menegaskan perlunya dukungan lebih pada industri lokal. 

Stimulus tahun depan diharapkan mampu menjaga keberlanjutan sektor ini, meningkatkan produksi dalam negeri, dan memaksimalkan efek berganda bagi perekonomian.

Dengan dukungan insentif, sektor otomotif domestik diharapkan tetap menjadi tulang punggung industri manufaktur nasional, menjaga lapangan pekerjaan, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 dan seterusnya.

Terkini