Hari Disabilitas, Kemensos Beri Modal Kreatif untuk Pemberdayaan Difabel

Kamis, 04 Desember 2025 | 08:11:35 WIB
Hari Disabilitas, Kemensos Beri Modal Kreatif untuk Pemberdayaan Difabel

JAKARTA - Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025 menjadi momentum penting bagi Kementerian Sosial (Kemensos) untuk memperkuat dukungan terhadap penyandang disabilitas, khususnya mereka yang berkarya di sektor kreatif.

Alih-alih hanya merayakan seremonial tahunan, Kemensos memilih menggunakan momen ini untuk menampilkan langkah nyata: memberikan pembinaan hingga permodalan bagi para difabel yang memiliki usaha dan keterampilan kreatif.

Pendekatan baru ini memberi ruang bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan peluang ekonomi yang lebih luas. Penasehat I Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemensos, Fatma Saifullah Yusuf, menegaskan bahwa semangat difabel dalam berkarya menjadi alasan kuat pemerintah memberikan dukungan konkret.

“Semangat teman-teman difabel ini sungguh menyenangkan bagi kami, ketika mendengar dari para perajin. Mereka sangat disiplin, mereka mau belajar, mereka mau lebih mandiri lagi, dan ini kesempatan bagi kami untuk juga memberikan apresiasi, membina, memberikan permodalan, dan membantu memasarkan,” ujar Fatma.

Di balik kreativitas dan produktivitas mereka, masih ada kendala besar yang sering dihadapi: akses pemasaran yang terbatas. Produk para difabel sebenarnya memiliki nilai jual tinggi, tetapi keterbatasan jaringan membuat banyak karya tidak terserap pasar secara optimal. Hal inilah yang menjadi fokus utama Kemensos dalam program pemberdayaan tahun ini.

Ekosistem Usaha Kreatif Difabel Mulai Dibangun

Sebagai langkah strategis, Kemensos berencana membangun ekosistem usaha disabilitas atau difable craft yang dapat menjadi wadah pemasaran karya penyandang disabilitas dari berbagai daerah. Dalam ekosistem ini, produk kreatif akan dikurasi, dibina, dan diarahkan agar lebih siap masuk ke pasar yang lebih luas, termasuk platform nasional.

“Mereka bisa membuat sesuatu yang bagus, tetapi untuk pemasarannya itu agak sulit, sehingga kami hari ini menyelenggarakan acara yang sedemikian rupa karena rencana kami adalah membuat semacam difable craft. Jadi ke depan kami akan berkolaborasi lebih banyak lagi dengan para profesional, desainer, serta para perajin di beberapa kabupaten/kota di Indonesia," lanjut Fatma.

Rencana kolaborasi ini menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin difabel berjalan sendirian. Kehadiran desainer, profesional, serta komunitas kreatif lokal diharapkan dapat memperkuat kualitas produk dan memberikan akses jaringan pemasaran yang lebih luas.

Beragam Profesi Difabel Mendapatkan Dukungan

Para difabel yang diberdayakan Kemensos memiliki latar belakang profesi yang beragam. Tidak hanya bergerak dalam bidang seni dan kerajinan, mereka juga aktif di industri kuliner, fesyen, dan berbagai bentuk usaha kecil lainnya. Fatma menjelaskan bahwa keragaman profesi ini menunjukkan luasnya potensi yang bisa dikembangkan.

“Rata-rata mereka memasak, membuat kue, dan sebagainya. Tetapi ketika diberikan kesempatan untuk belajar membatik, mereka juga mampu membatik, menjahit, dan sebagainya. Banyak sekali juga para kelompok rentan atau masyarakat di Desil 1 dan Desil 2 (miskin hingga miskin ekstrem), ini juga menjadi bagian dari program Kemensos, sehingga kami juga merangkul mereka," kata Fatma.

Dengan adanya pelatihan yang lebih terstruktur, difabel dari berbagai daerah berkesempatan meningkatkan keterampilan, memperluas kapasitas usaha, dan mendapatkan dukungan lebih stabil untuk keberlanjutan ekonomi mereka.

Kemensos Perkuat Program Pelatihan dan Permodalan

Upaya mendorong kemandirian difabel dilakukan secara sistematis. Kemensos telah menjalankan program pelatihan keterampilan, bantuan permodalan, serta dukungan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berbasis disabilitas. Program ini tidak hanya menyediakan dana, tetapi juga bimbingan usaha agar difabel benar-benar siap menjalankan bisnisnya secara berkelanjutan.

Melalui sentra-sentra Kemensos yang tersebar di berbagai wilayah, para difabel dapat mengikuti pendidikan vokasi, pelatihan produksi, hingga pendampingan dalam manajemen usaha. Dengan demikian, pemberdayaan tidak berhenti pada pelatihan teknis, tetapi juga mencakup pengembangan wawasan, mentalitas usaha, dan kemampuan pemasaran modern.

Komitmen Kolaborasi untuk Ekosistem Inklusif

Fatma Saifullah Yusuf menegaskan bahwa keberhasilan menciptakan ekosistem usaha inklusif tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah, dunia usaha, komunitas kreatif, hingga masyarakat umum.

Menurutnya, dukungan berkelanjutan adalah fondasi penting agar anak-anak dan pemuda disabilitas tumbuh menjadi pribadi mandiri, percaya diri, dan berdaya.

“Semua pihak perlu bergandengan tangan agar anak-anak disabilitas tumbuh menjadi pribadi yang bahagia, percaya diri, dan mandiri,” tegas Fatma.

Peringatan Hari Disabilitas Internasional kali ini menjadi momentum untuk mengubah semangat inklusivitas menjadi gerakan nyata. Dengan memberikan akses permodalan, membangun ekosistem difable craft, dan memperkuat kolaborasi lintas sektor, Kemensos berharap para difabel dapat memperoleh ruang yang lebih besar untuk berkembang di dunia kreatif dan ekonomi.

Melalui langkah-langkah ini, pemerintah ingin memastikan bahwa kreativitas dan potensi difabel tidak hanya diakui, tetapi juga diberi kesempatan tumbuh dan memberikan dampak ekonomi bagi diri sendiri maupun komunitas sekitar.

Terkini