Sekjen Kemenag Dorong Kurikulum Cinta Pasca Olimpiade PAI 2025

Kamis, 04 Desember 2025 | 08:11:53 WIB
Sekjen Kemenag Dorong Kurikulum Cinta Pasca Olimpiade PAI 2025

JAKARTA – Penutupan Olimpiade dan Semarak Lomba Pendidikan Agama Islam (PAI) 2025 di Jakarta pada Selasa malam, 2 Desember 2025, menjadi momen penting untuk menegaskan arah baru pembelajaran PAI di Indonesia. 

Kementerian Agama (Kemenag) menekankan penguatan Kurikulum Cinta sebagai strategi untuk membentuk generasi Muslim yang berkarakter, peduli sosial, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan serta bangsa.

Acara puncak yang dihadiri para gubernur, wali kota, pejabat daerah, serta Kabid PAI/PAKIS/Pendis dari Kanwil Kemenag Provinsi, selain ribuan peserta dari seluruh Indonesia, menjadi ajang refleksi sekaligus evaluasi keberhasilan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamarudin Amin, menyampaikan salam hormat dan pesan khusus dari Menteri Agama Nasaruddin Umar, yang berhalangan hadir karena memenuhi undangan Raja Arab Saudi sebagai pengarah Masjid Nabawi.

Menteri menitipkan apresiasi tinggi kepada pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota atas komitmen mereka memperkuat ekosistem pendidikan agama Islam. “Kami memberikan penghargaan kepada seluruh panitia, guru, dan peserta yang menampilkan prestasi terbaik. Ini merupakan capaian kompetisi yang monumental dan sarat makna bagi penguatan karakter generasi bangsa,” ujar Kamarudin.

Momentum Penguatan Kurikulum Cinta

Salah satu fokus utama penutupan Olimpiade dan Lomba PAI 2025 adalah penguatan Kurikulum Cinta, sebuah gagasan strategis yang menjadi arah baru pembelajaran Pendidikan Agama Islam baik di sekolah maupun madrasah. Kurikulum ini menanamkan lima pilar cinta: cinta pada diri sendiri, sesama, lingkungan, tanah air, dan kepada Allah SWT.

“Model pendidikan ini relevan untuk menjawab tantangan zaman, membangun karakter peserta didik yang berintegritas, progresif, peduli sosial, dan kokoh secara spiritual,” jelas Kamarudin. Menurutnya, keberagamaan harus berdampak nyata—tidak hanya pada kesalehan personal, tetapi juga pada kesalehan sosial yang dirasakan masyarakat luas.

Kemenag juga menekankan pentingnya membangun kesadaran ekologis atau ekoteologi. Guru-guru PAI diimbau mengintegrasikan praktik langsung di lingkungan sekolah, mulai dari menjaga kebersihan hingga gerakan menanam pohon. “Jika setiap siswa Muslim menanam satu pohon setiap tahun, Indonesia dapat menumbuhkan lebih dari 41 juta pohon, memberikan dampak signifikan bagi keberlanjutan lingkungan,” tambahnya.

Nasionalisme dan Karakter Generasi

Selain aspek ekologis, penguatan nasionalisme menjadi pilar penting dalam Kurikulum Cinta. Anak-anak yang belajar agama diharapkan tumbuh menjadi generasi yang mencintai tanah air dan siap menjaga masa depan Indonesia. Pendidikan agama tidak lagi sekadar formalitas, tetapi menjadi bagian dari pembentukan karakter yang lengkap: spiritual, sosial, dan nasional.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menekankan apresiasi kepada peserta dari seluruh provinsi, termasuk wilayah terdampak bencana seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kehadiran finalis dari daerah tersebut menunjukkan semangat pantang menyerah dan dedikasi tinggi terhadap pendidikan agama. Suyitno juga mengajak seluruh peserta untuk mendoakan saudara sebangsa yang terdampak bencana banjir dan longsor, khususnya di Sumatera.

Capaian dan Signifikansi

Olimpiade dan Semarak Lomba PAI 2025 melibatkan representasi dari 41,6 juta siswa Muslim, 7,8 juta mahasiswa, serta 250.000 guru PAI di seluruh Indonesia. Kegiatan ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga menjadi sarana memperkuat karakter, membangun keterampilan sosial, dan menanamkan nilai-nilai cinta dalam pendidikan agama.

Acara ini sekaligus menegaskan komitmen Kemenag dan pemerintah daerah untuk memperkuat transformasi sosial menuju Indonesia Emas 2040. Melalui sinergi antara Kemenag, guru, pemerintah daerah, dan peserta didik, Olimpiade PAI menjadi pijakan kuat dalam membentuk bangsa yang maju, berkarakter, dan bermoral kuat.

Arah Pendidikan Agama ke Depan

Kurikulum Cinta menekankan bahwa pendidikan agama harus berdampak luas, tidak hanya pada siswa tetapi juga masyarakat dan lingkungan. Guru-guru diharapkan dapat mengajarkan praktik nyata, misalnya melalui gerakan menjaga lingkungan, menanam pohon, dan menanamkan nilai cinta tanah air. Pendekatan ini diharapkan membentuk generasi Muslim yang peduli, berkarakter, dan mampu menghadapi tantangan global.

“Keberhasilan Olimpiade PAI 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat Kurikulum Cinta. Pendidikan agama harus menjadi landasan membangun karakter generasi yang berintegritas, peduli sosial, dan siap menjaga bangsa,” kata Kamarudin.

Dengan penekanan pada penguatan karakter, nasionalisme, dan kesadaran ekologis, Kemenag berharap Kurikulum Cinta dapat diimplementasikan secara menyeluruh di sekolah dan madrasah. Langkah ini diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pembentukan generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan peduli terhadap masa depan Indonesia.

Terkini