Performa Ekspor RI Sepanjang 2025 Didorong Kuat Komoditas Utama

Kamis, 04 Desember 2025 | 14:13:32 WIB
Performa Ekspor RI Sepanjang 2025 Didorong Kuat Komoditas Utama

JAKARTA - Dalam beberapa bulan terakhir, perhatian terhadap kinerja ekspor Indonesia kembali meningkat. 

Hal ini terutama terjadi setelah pemerintah memaparkan capaian perdagangan luar negeri sepanjang Januari hingga Oktober 2025.

Alih-alih berfokus pada angka total saja, banyak pihak kini menyoroti perubahan struktur ekspor dan komoditas yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan. Dari pandangan ini, terlihat betapa penguatan komoditas nonmigas, terutama aluminium dan kakao, menjadi pendorong utama kenaikan ekspor nasional tahun ini.

Salah satu poin yang menarik adalah bagaimana ekspor Indonesia mampu tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan bahwa performa ekspor berada dalam tren positif, didukung oleh sejumlah komoditas unggulan yang mencatatkan peningkatan signifikan. 

“Tiga komoditas nonmigas utama dengan pertumbuhan ekspor tertinggi, yaitu aluminium dan barang dari padanya (HS 76) yang naik hingga 68,45% secara tahunan (YoY), kakao dan olahannya (HS 18) naik 53,15%, serta berbagai produk kimia (HS 38) naik 51,78 persen (CtC),” ungkap Budi.

Ekspor Nasional Tumbuh Hampir 7 Persen

Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia dalam periode Januari–Oktober 2025 mencapai US$ 234,04 miliar. Angka tersebut tumbuh 6,96% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini menunjukkan adanya perbaikan permintaan global pada sejumlah sektor meski belum sepenuhnya pulih setelah tekanan ekonomi selama dua tahun terakhir.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kinerja ekspor nonmigas yang meningkat cukup kuat. Nilainya mencapai US$ 223,12 miliar atau naik 8,42% YoY. Peningkatan tersebut menjadi penanda bahwa komoditas nonmigas masih menjadi fondasi utama perdagangan luar negeri Indonesia.

Sementara itu, ekspor migas justru masih mencatat penurunan, sejalan dengan melemahnya pasar dan fluktuasi harga energi global.

Komoditas Nonmigas Jadi Motor Pertumbuhan

Ekspor nonmigas Indonesia didominasi oleh industri pengolahan, pertanian, dan beberapa subsektor manufaktur yang tumbuh cukup pesat. Di antara semuanya, aluminium menjadi bintang baru ekspor nasional. Komoditas ini mencatat lonjakan terbesar, yakni 68,45% YoY.

Selain aluminium, kakao dan produk turunannya juga mencatat kinerja cemerlang dengan kenaikan 53,15%. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa hilirisasi yang ditekankan pemerintah mulai membuahkan hasil, terutama pada produk olahan bernilai tambah.

Produk kimia dengan klasifikasi HS 38 turut mencatat pertumbuhan kuat, meningkat 51,78%. Kenaikan tersebut mencerminkan semakin stabilnya permintaan dari berbagai pasar internasional yang membutuhkan bahan utama industri tersebut.

Struktur Ekspor Masih Didominasi Industri Pengolahan

Dari struktur ekspor, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar sepanjang Januari–Oktober 2025. Sektor ini mendominasi dengan porsi 80,25% dari total ekspor nasional. Dominasi ini sudah berlangsung bertahun-tahun, dan kembali membuktikan bahwa pasar global masih sangat membutuhkan produk yang telah melalui proses industri.

Di urutan berikutnya, sektor pertambangan dan lainnya memberi kontribusi 12,59%. Kemudian migas menyumbang 4,67%, dan pertanian 2,49%.

Jika dilihat dari pertumbuhan masing-masing sektor, pertanian menjadi yang paling menonjol dengan kenaikan 28,56% YoY. Sementara industri pengolahan naik 15,75%.

Namun tidak semua sektor mencatatkan hasil positif. “Penurunan ekspor sektor pertambangan dan lainnya disebabkan oleh melemahnya permintaan dan harga batu bara global,” ujar Budi. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa komoditas energi masih mengalami tekanan akibat dinamika harga di pasar internasional.

Tiga Negara Jadi Tujuan Ekspor Terbesar

Dari sisi negara tujuan, China, Amerika Serikat (AS), dan India tetap menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Ketiga negara tersebut memberikan kontribusi nilai ekspor gabungan sebesar US$ 93,33 miliar. Angka tersebut setara dengan 41,84% dari total ekspor nonmigas nasional pada periode Januari–Oktober 2025.

Pencapaian ini menunjukkan bahwa pasar tradisional masih menjadi andalan, meski pemerintah terus mendorong diversifikasi ke kawasan lain.

Di sisi lain, terdapat beberapa negara tujuan yang mengalami lonjakan pertumbuhan ekspor secara signifikan. Swiss mencatat peningkatan kumulatif tertinggi dengan 217,99% YoY, disusul Bangladesh sebesar 38,09% dan Singapura sebesar 32,91%.

Pertumbuhan Ekspor Berdasarkan Kawasan

Jika dilihat berdasarkan kawasan, peningkatan terbesar terjadi di Afrika Barat yang mencatat pertumbuhan 71,06%. Kawasan Asia Tengah juga memperlihatkan kenaikan yang cukup kuat, mencapai 54,95%, sedangkan Eropa Barat mencatat pertumbuhan sebesar 45,87%.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa jangkauan ekspor Indonesia semakin meluas, tidak hanya bergantung pada pasar besar seperti China, AS, atau negara-negara Asia Timur.

Kinerja Perdagangan Tunjukkan Tren Positif

Melihat keseluruhan capaian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekspor Indonesia sepanjang Januari–Oktober 2025 bergerak positif. Kenaikan pada sejumlah komoditas utama, diperkuat oleh pertumbuhan beberapa kawasan tujuan, membuat performa ekspor nasional tetap stabil di tengah tantangan global.

Meskipun masih terdapat sektor yang mengalami penurunan, seperti pertambangan dan migas, struktur ekspor yang semakin kuat pada sektor industri pengolahan dan pertanian menunjukkan arah yang konstruktif.

Dengan potensi penguatan hingga akhir tahun, pemerintah optimistis bahwa nilai ekspor 2025 dapat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. 

Peningkatan komoditas bernilai tambah seperti aluminium, kakao, dan produk kimia menjadi bukti bahwa sektor industri Indonesia masih mampu bersaing di pasar global.

Terkini