JAKARTA - PLN Indonesia Power (PLN IP) menorehkan tonggak baru dalam pengembangan energi bersih di Tanah Air dengan menyelesaikan uji coba lanjutan cofiring hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali Pesanggaran.
Uji coba ini menjadi kelanjutan dari pengujian hidrogen yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, menegaskan komitmen perusahaan untuk memperkuat transisi energi rendah karbon.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Agus Pramono, hadir langsung menyaksikan pengujian ini, sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan teknologi hidrogen sebagai salah satu solusi pengurangan emisi di sektor ketenagalistrikan. Kehadiran Agus Pramono menegaskan pentingnya kolaborasi antara institusi pemerintah dan pelaku industri dalam mempercepat inovasi energi bersih.
Bernadus Sudarmanta, Direktur Utama PLN Indonesia Power, menyampaikan apresiasi atas keberhasilan rangkaian pengujian serta kerja sama seluruh pihak yang terlibat. Menurutnya, implementasi cofiring hidrogen bukan hanya pencapaian teknis, tetapi juga langkah strategis untuk menempatkan PLN IP sebagai pelopor energi bersih di Indonesia.
“Hidrogen bukan lagi sekadar wacana, tetapi sudah kami uji dan buktikan dapat diterapkan secara nyata dan aman di aset pembangkitan. Ini adalah fondasi penting bagi upaya kami menurunkan emisi, meningkatkan efisiensi, sekaligus memperkuat portofolio energi bersih perusahaan. Indonesia Power akan terus melanjutkan inovasi demi mendukung target Net Zero Emission 2060,” ujar Bernadus.
Pengujian tahun ini memiliki pendekatan lebih komprehensif dibandingkan tahun sebelumnya. Hedwig Lunga Sampe Pajung, VP Technology Development PLN IP sekaligus penanggung jawab program cofiring hidrogen, menjelaskan bahwa uji coba 2024 hanya dilakukan pada beban penuh (100% kapasitas mesin) dengan rasio cofiring 7%. Sementara pada 2025, pengujian dilakukan pada tiga variasi beban—75%, 85%, dan 100% kapasitas mesin—untuk mendapatkan gambaran performa yang lebih lengkap.
Hasil pengujian menunjukkan rasio cofiring hidrogen mencapai 23% pada beban 75%, 22% pada 85%, dan 17% pada 100%. Dengan variasi ini, tim mampu memetakan batas maksimum hidrogen yang aman untuk setiap level beban, sekaligus mempelajari perilaku mesin di berbagai kondisi operasi.
Dari sisi teknis, pengembangan difokuskan pada sistem suplai hidrogen menggunakan Pressure Regulator System (PRS) berbasis Programmable Logic Controller (PLC) dan Human Machine Interface (HMI). Sistem ini memungkinkan pengaturan injeksi hidrogen yang lebih akurat, efisien, dan aman, serta memastikan proses feeding hidrogen menjadi stabil dan presisi.
“Dengan kontrol elektronik penuh, proses feeding hidrogen menjadi jauh lebih stabil dan presisi,” ujar Hedwig. Tim juga menemukan indikasi peningkatan efisiensi pembakaran. Pada kondisi beban yang sama, konsumsi energi total (gas alam ditambah hidrogen) lebih rendah dibandingkan pembakaran murni gas alam. Hal ini diduga karena hidrogen membantu pembakaran lanjutan karbon monoksida (CO), terbukti dari penurunan kadar emisi CO saat cofiring.
Keberhasilan uji cofiring hidrogen ini sejalan dengan roadmap transisi energi nasional serta upaya pencapaian Net Zero Emission (NZE) 2060 yang ditetapkan pemerintah. Hedwig menegaskan bahwa pengujian teknis ini menunjukkan potensi hidrogen sebagai sumber energi bersih yang dapat diaplikasikan secara berkelanjutan.
“Jika keekonomiannya juga terpenuhi, hidrogen dapat disuplai secara kontinu sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi pembangkitan,” tambah Hedwig.
Uji coba cofiring hidrogen ini melibatkan sejumlah pihak. Institut Teknologi Bandung (ITB) bertindak sebagai konsultan perencanaan dan pelaksanaan, PDG bertanggung jawab mengembangkan dan membuat PRS, sementara Wartsila berperan sebagai konsultan teknis pabrikan. Kolaborasi ini menunjukkan sinergi antara lembaga penelitian, pengembang teknologi, dan pelaku industri dalam menghadirkan solusi energi bersih yang konkret.
Keberhasilan uji coba cofiring hidrogen di PLTDG Bali Pesanggaran tidak hanya menjadi pencapaian teknis semata, tetapi juga menegaskan bahwa transformasi energi di Indonesia dapat berjalan nyata.
Dengan pemanfaatan hidrogen sebagai energi bersih, PLN Indonesia Power menunjukkan bahwa pengurangan emisi, efisiensi pembangkitan, dan penguatan portofolio energi terbarukan bukanlah sekadar wacana, tetapi langkah strategis yang dapat diterapkan secara praktis.
Melalui inovasi berkelanjutan dan kerja sama lintas institusi, PLN IP menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor energi bersih di Indonesia. Ke depan, pengembangan hidrogen sebagai bahan bakar tambahan berpotensi mendorong transformasi pembangkitan listrik menuju sistem yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sejalan dengan target pemerintah mencapai Net Zero Emission pada 2060.