JAKARTA - Pergerakan harga minyak global kembali menunjukkan kenaikan tipis pada Kamis, 4 Desember 2025, meskipun sentimen pasar masih diwarnai ketidakpastian geopolitik dan data pasokan energi Amerika Serikat.
Lonjakan harga ini dipicu oleh serangan baru terhadap infrastruktur minyak Rusia dan stagnasi perundingan diplomatik untuk mengakhiri konflik di Ukraina, sehingga memperkuat kekhawatiran gangguan pasokan global.
Jumat, 5 Desember 2025, minyak berjangka Brent untuk kontrak Februari naik 0,4 persen menjadi USD62,94 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan 0,6 persen menjadi USD59,28 per barel.
Kenaikan ini menggambarkan dampak langsung berita geopolitik terhadap pasar energi, meskipun ada tekanan dari sisi pasokan dan permintaan global.
Gangguan Infrastruktur dan Perundingan Damai yang Mandek
Pasukan Ukraina melancarkan serangan terhadap pipa Druzhba di wilayah Tambov, Rusia tengah. Meskipun operator pipa menyatakan pasokan tetap berjalan normal, laporan ini kembali menimbulkan kekhawatiran pasar tentang potensi gangguan ekspor minyak Rusia.
Di sisi lain, perundingan perdamaian tingkat tinggi antara pejabat Amerika Serikat dan Rusia belum menghasilkan terobosan.
Sebelumnya, ekspektasi bahwa konflik Ukraina akan segera berakhir sempat menekan harga minyak. Para pedagang menilai kemungkinan kesepakatan diplomatik akan mencabut sanksi terhadap Rusia dan memungkinkan pasokan minyak Rusia kembali ke pasar global yang saat ini kelebihan pasokan.
Namun, ketidakpastian geopolitik saat ini mendorong harga minyak naik tipis meskipun tidak signifikan.
Data Inventaris AS Memengaruhi Sentimen
Sementara risiko geopolitik mendukung harga, laporan stok minyak mentah Amerika Serikat memberikan tekanan berlawanan.
Badan Informasi Energi AS mencatat bahwa stok minyak mentah pada pekan yang berakhir 28 November naik sebesar 574 ribu barel, berbeda dari ekspektasi penurunan 1,9 juta barel. Selain itu, persediaan bensin meningkat 4,52 juta barel dan stok produk sulingan naik 2,1 juta barel.
Kenaikan stok minyak dan produk olahan ini menunjukkan permintaan yang masih relatif lemah di negara konsumen minyak terbesar dunia. Dampaknya, sebagian dukungan harga akibat risiko geopolitik menjadi tertahan, sehingga kenaikan harga hanya bersifat tipis.
Ekspektasi Penurunan Suku Bunga dan Dampaknya
Di tengah dinamika pasokan dan permintaan, ekspektasi pelonggaran moneter di AS turut memberikan dorongan harga. Penurunan suku bunga The Fed diyakini akan melemahkan dolar AS sekaligus meningkatkan aktivitas ekonomi, sehingga mendorong permintaan bahan bakar global.
Data tenaga kerja sektor swasta AS turut memperkuat sentimen ini. Laporan ADP mencatat jumlah tenaga kerja swasta menyusut sebesar 32 ribu pada November, jauh di bawah ekspektasi pasar yang memprediksi kenaikan.
Selain itu, indeks jasa Institute for Supply Management (ISM) untuk November mencapai 52,6, sementara indikator harga acuan menunjukkan inflasi lebih terkendali. Kondisi ini menambah peluang pelonggaran moneter yang mendorong harga minyak.
Proyeksi Pasar Jangka Menengah
Di sisi fundamental, Fitch Ratings menurunkan asumsi harga minyak 2025–2027. Penyesuaian ini mencerminkan kelebihan pasokan pasar dan pertumbuhan produksi yang diperkirakan melebihi permintaan.
Menurut Fitch, prospek jangka menengah tetap diwarnai risiko volatilitas, terutama akibat ketidakpastian geopolitik dan dinamika pasokan global.
Meskipun begitu, kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini, walaupun tipis, menunjukkan bagaimana faktor eksternal seperti konflik Rusia-Ukraina dan ketidakpastian diplomatik tetap memengaruhi pasar energi.
Hal ini juga menegaskan bahwa fluktuasi harga minyak tidak hanya dipengaruhi oleh data domestik atau ekonomi, tetapi juga oleh peristiwa global yang bersifat tak terduga.
Harga minyak dunia naik tipis pada 4 Desember 2025 karena kombinasi risiko geopolitik dan sentimen pasar yang beragam. Serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia dan terhentinya perundingan damai Ukraina menjadi faktor utama yang mendukung harga.
Sementara itu, data inventaris AS yang menunjukkan kenaikan persediaan minyak dan produk olahan membatasi lonjakan harga.
Di sisi lain, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed memberikan dukungan tambahan, dengan prospek pelonggaran moneter meningkatkan permintaan bahan bakar global. Fitch Ratings memperingatkan pasar akan kelebihan pasokan jangka menengah, yang dapat menekan harga di masa depan.
Secara keseluruhan, kenaikan harga minyak yang tipis mencerminkan keseimbangan antara faktor geopolitik yang mendorong harga dan fundamental ekonomi yang menahan laju kenaikan.
Investor dan pelaku pasar tetap harus mewaspadai volatilitas yang dipicu oleh berita internasional dan laporan ekonomi, karena fluktuasi harga minyak dipengaruhi oleh kombinasi kompleks antara risiko global, pasokan, dan permintaan energi.