Devisa Negara Mengalir Deras Berkat Kerja Keras Pekerja Migran

Devisa Negara Mengalir Deras Berkat Kerja Keras Pekerja Migran
Devisa Negara Mengalir Deras Berkat Kerja Keras Pekerja Migran

JAKARTA - Bukan hanya menjadi pahlawan keluarga di kampung halaman, pekerja migran Indonesia juga terbukti menjadi pahlawan ekonomi bagi negara. 

Melalui kiriman uang atau remitansi, mereka ikut memperkuat cadangan devisa dan mendukung stabilitas ekonomi nasional. 

Hingga kuartal II tahun 2025, para pekerja migran tercatat telah menyumbang devisa fantastis mencapai Rp140 triliun, menjadikan mereka bagian penting dari denyut ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.

Baca Juga

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) mencatat, nilai remitansi tersebut berasal dari kiriman uang pekerja migran yang tersebar di berbagai negara tujuan. 

Dana tersebut dikirim ke tanah air melalui sistem perbankan maupun lembaga keuangan non-bank, yang memungkinkan proses transfer lintas negara berlangsung aman dan efisien.

Kontribusi Besar Pekerja Migran Lewat Remitansi

Menurut data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI), jumlah remitansi yang dikirim pekerja migran Indonesia hingga kuartal II-2025 mencapai US$8,4 miliar, setara dengan sekitar Rp140 triliun (asumsi kurs Rp16.707 per dolar AS).

Menteri P2MI, Mukhtarudin, menjelaskan bahwa angka tersebut menunjukkan besarnya kontribusi pekerja migran terhadap perekonomian nasional. 

Ia juga membandingkan capaian tersebut dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$15,7 miliar atau sekitar Rp262,30 triliun, dihasilkan dari 534 ribu layanan penempatan tenaga kerja.

“Untuk tahun 2025 sudah tercatat 233 ribu pekerja migran ditempatkan. Itu remitansinya kurang lebih Rp136 triliun,” ujar Mukhtarudin.

Remitansi dan Dampaknya terhadap PDB Nasional

Remitansi atau kiriman uang dari luar negeri ini bukan hanya menjadi sumber penghidupan bagi jutaan keluarga pekerja migran di Indonesia, tetapi juga memberikan sumbangan signifikan bagi perekonomian nasional. 

Mukhtarudin menyebutkan bahwa pada tahun 2024, remitansi dari pekerja migran telah memberikan kontribusi sekitar 1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Angka ini menegaskan bahwa pekerja migran memiliki peran strategis dalam memperkuat fondasi ekonomi negara. Setiap uang yang mereka kirimkan ke tanah air tidak hanya membantu kesejahteraan keluarga, tapi juga memperkuat cadangan devisa nasional, memperlancar konsumsi rumah tangga, dan bahkan menjadi stimulus ekonomi daerah asal pekerja.

Perbandingan dengan Negara Filipina

Kendati kontribusi pekerja migran Indonesia tergolong besar, Mukhtarudin menilai bahwa potensi tersebut masih dapat ditingkatkan. Ia membandingkan dengan Filipina, negara yang dikenal memiliki sistem perlindungan dan pendidikan pekerja migran yang lebih terstruktur.

“Angka ini terbilang masih jauh tertinggal dari negara lainnya, seperti Filipina, yang di tahun sebelumnya mencapai Rp600 triliun,”
ujarnya.

Menurutnya, Filipina memiliki sistem pendidikan dan pembinaan pekerja migran yang sudah mapan. Sejak tingkat Sekolah Dasar (SD), mereka sudah mendapatkan kurikulum tentang dunia kerja internasional dan keterampilan dasar yang relevan. 

Sementara Indonesia, katanya, baru mulai melakukan pembenahan sistem tersebut beberapa tahun terakhir.

Upaya Pemerintah Meningkatkan Edukasi dan Perlindungan Migran

Sebagai langkah konkret memperbaiki sistem dan kualitas pekerja migran, pemerintah melalui Kementerian P2MI kini tengah mengembangkan program pendidikan dan pelatihan berbasis komunitas. 

Salah satu inovasi yang sedang berjalan adalah pembentukan Sekolah Rakyat (SR) yang akan terintegrasi dengan kelas migran.

Program ini bertujuan memberikan edukasi sejak dini tentang pengelolaan keuangan, hukum ketenagakerjaan internasional, hingga keterampilan yang dibutuhkan di negara tujuan. Dengan bekal tersebut, diharapkan pekerja migran Indonesia lebih siap, terlindungi, dan memiliki daya saing tinggi di pasar global.

“Ada Migran Center di 6 perguruan tinggi, mereka juga ada kelas migran. Nanti kita akan tampak ada dua lagi yang akan di-launching, yaitu Migran Center Unhas dengan Pasim Bandung. Dengan Sekolah Rakyat nanti kita akan insert kurikulum silabus tentang kelas migran,” tutur Mukhtarudin.

Selain Migran Center, pemerintah juga menggandeng lembaga keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan literasi finansial para pekerja migran.

Program seperti Buku Saku Keuangan Pekerja Migran serta penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus PMI diharapkan dapat mendorong mereka mengelola remitansi dengan bijak dan produktif.

Peran Remitansi Bagi Kesejahteraan dan Ekonomi Lokal

Remitansi tidak hanya berdampak pada skala nasional, tetapi juga pada tingkat mikro. Dana kiriman dari luar negeri tersebut menjadi penggerak utama perekonomian di daerah-daerah pengirim tenaga kerja, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.

Keluarga penerima remitansi umumnya menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan dasar, biaya pendidikan, membangun rumah, hingga membuka usaha kecil. Dalam jangka panjang, aliran uang ini membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi ketimpangan ekonomi antarwilayah.

Dengan demikian, remitansi berfungsi ganda sebagai penopang ekonomi keluarga dan motor penggerak ekonomi daerah. Di sisi lain, peningkatan kemampuan finansial para pekerja migran juga dapat menciptakan efek berantai positif bagi perekonomian nasional.

Menuju Sistem Migrasi yang Lebih Terpadu

Pemerintah kini tengah menargetkan pembentukan sistem pekerja migran yang lebih terintegrasi mulai dari tahap pendidikan, penempatan, hingga perlindungan pascakepulangan. Transformasi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global.

Ke depan, dengan dukungan teknologi digital, pengawasan penempatan, serta literasi keuangan yang lebih baik, kontribusi pekerja migran terhadap devisa nasional diyakini akan terus meningkat.

“Dengan sistem yang lebih tertata, kita optimistis kontribusi pekerja migran Indonesia terhadap perekonomian akan semakin besar,”
tutup Mukhtarudin.

Remitansi senilai Rp140 triliun hingga kuartal II-2025 bukan hanya angka statistik semata, tetapi bukti nyata kerja keras jutaan pekerja migran Indonesia di berbagai belahan dunia. 

Mereka tidak hanya menafkahi keluarga, tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi negara. Dengan pembenahan sistem, edukasi yang lebih baik, dan perlindungan maksimal, kontribusi mereka diyakini akan semakin kuat di masa depan.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

RPP Penataan Ruang Jadi Instrumen Strategis Perkuat Tata Kelola Nasional

RPP Penataan Ruang Jadi Instrumen Strategis Perkuat Tata Kelola Nasional

IPB University Siapkan Proyek Strategis Ambisius untuk Periode Mendatang

IPB University Siapkan Proyek Strategis Ambisius untuk Periode Mendatang

Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional

Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional

Dekarbonisasi Konstruksi Jadi Fokus Utama Insinyur dan Industri di Indonesia

Dekarbonisasi Konstruksi Jadi Fokus Utama Insinyur dan Industri di Indonesia