Surplus Dagang RI Didominasi AS, Defisit Terbesar Masih dari China

Surplus Dagang RI Didominasi AS, Defisit Terbesar Masih dari China
Surplus Dagang RI Didominasi AS, Defisit Terbesar Masih dari China

JAKARTA - Arah perdagangan internasional Indonesia kembali memperlihatkan dinamika yang menarik sepanjang 2025. Di tengah perlambatan ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas, performa ekspor Indonesia justru menunjukkan ketahanan yang cukup solid. 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa periode Januari—Oktober 2025 mencatatkan surplus neraca perdagangan barang yang tetap kuat. Meski beberapa negara mitra masih memberikan tantangan besar melalui defisit yang dalam, terutama China, keberadaan pasar andalan seperti Amerika Serikat (AS) kembali menjadi penopang utama.

Dalam laporan terbarunya, BPS menegaskan bahwa neraca dagang kumulatif Indonesia pada tahun berjalan berhasil mencatat surplus signifikan. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa kinerja ekspor nonmigas masih menjadi penyumbang terbesar terhadap capaian surplus tersebut. Momentum positif ini menunjukkan bahwa struktur ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas yang mampu menjaga stabilitas neraca perdagangan dalam jangka panjang.

Baca Juga

RPP Penataan Ruang Jadi Instrumen Strategis Perkuat Tata Kelola Nasional

“Hingga Oktober 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$35,88 miliar dan surplus sepanjang Januari—Oktober 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yang sebesar US$51,51 miliar,” ujar Pudji.

Peran Komoditas Nonmigas Menguat di Tengah Tekanan Global

Surplus nonmigas yang menjadi motor penggerak neraca perdagangan memperlihatkan bahwa Indonesia masih memiliki daya saing kuat pada sejumlah komoditas unggulan. Komoditas berbasis sumber daya alam seperti batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), dan logam dasar masih menjadi tulang punggung ekspor utama.

Meski demikian, Pudji menegaskan bahwa kondisi berbeda terjadi pada sektor minyak dan gas (migas). Di saat nonmigas menopang surplus, sektor migas justru mencatat defisit cukup dalam. “Sektor minyak dan gas (migas) masih menjadi pemberat neraca perdagangan nasional dengan defisit mencapai US$15,63 miliar,” jelasnya. Kinerja migas yang berada di wilayah negatif ini menegaskan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada impor bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Dampak dari defisit migas tersebut memang cukup signifikan, namun secara keseluruhan, kontribusi ekspor nonmigas masih mampu menjaga posisi neraca dagang tetap positif hingga akhir Oktober 2025.

Amerika Serikat Jadi Pasar Terbesar Penopang Surplus

Jika meninjau dari sisi mitra dagang, AS kembali menjadi negara yang memberikan surplus terbesar bagi Indonesia. Posisi Negeri Paman Sam sebagai pangsa utama ekspor Indonesia sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir dan kembali berlanjut hingga 2025.

Pudji menyebut bahwa surplus terbesar berasal dari Amerika Serikat dengan nilai mencapai US$14,93 miliar. Angka ini menjadi bukti kuat bahwa AS masih menjadi pasar strategis bagi berbagai komoditas ekspor Indonesia, mulai dari produk manufaktur, tekstil, hingga komoditas primer. Dominasi ini juga menunjukkan stabilitas permintaan dari AS yang tetap kuat meskipun ekonomi global sedang berada pada fase penuh ketidakpastian.

Posisi kedua ditempati oleh India, yang mencatatkan surplus sebesar US$11,29 miliar. India merupakan salah satu pasar yang terus tumbuh pesat karena kebutuhan berkelanjutan atas komoditas energi dan bahan baku dari Indonesia. Menyusul di posisi ketiga, Filipina menjadi negara lain yang memberikan kontribusi positif dengan surplus US$7,18 miliar.

China Jadi Penyumbang Defisit Terdalam Bagi Indonesia

Di sisi berlawanan, Tiongkok atau China masih menjadi negara penyumbang defisit terdalam bagi Indonesia. Hubungan perdagangan Indonesia–China yang sangat besar secara volume membuat potensi defisit menjadi lebih tinggi, terutama karena besarnya impor barang-barang manufaktur, elektronik, dan mesin dari China.

“Sedangkan negara penyumbang defisit terdalam adalah Tiongkok sebesar minus US$16,32 miliar, kemudian Australia sebesar minus US$4,58 miliar, dan Singapura sebesar minus US$4,17 miliar,” ungkap Pudji.

Defisit perdagangan dengan China bukan hal baru, namun masuknya berbagai produk konsumsi hingga barang modal dari negara tersebut memang menjadi penyebab utama tekanan pada neraca dagang Indonesia.

Dominasi Surplus Nonmigas dari AS Semakin Terlihat

Jika difokuskan hanya pada neraca perdagangan nonmigas, peran AS justru semakin dominan. Indonesia mencatatkan surplus nonmigas sebesar US$17,40 miliar dari AS, angka yang bahkan lebih besar dari surplus total perdagangan.

India kembali berada di posisi kedua dengan surplus nonmigas sebesar US$11,37 miliar, sementara Filipina menyumbang surplus US$7,09 miliar.

Sebaliknya, China tetap berada pada posisi penyumbang defisit nonmigas terbesar, yakni mencapai minus US$17,74 miliar. Disusul oleh Australia sebesar minus US$3,91 miliar dan Brasil sebesar minus US$1,48 miliar.

Arah Perdagangan Menjelang Akhir Tahun Masih Stabil

Melihat konsistensi surplus dari sejumlah negara mitra dan tetap tingginya permintaan terhadap komoditas unggulan Indonesia, arah neraca perdagangan diperkirakan masih stabil menjelang akhir 2025. Meski terdapat tekanan di sektor migas dan defisit dari beberapa negara, performa ekspor nonmigas diproyeksikan mampu menjaga neraca dagang tetap positif.

BPS menegaskan bahwa penguatan sektor nonmigas menjadi kunci dalam menentukan arah perdagangan Indonesia ke depan, terutama di tengah dinamika global yang terus berubah.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

IPB University Siapkan Proyek Strategis Ambisius untuk Periode Mendatang

IPB University Siapkan Proyek Strategis Ambisius untuk Periode Mendatang

Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional

Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional

Dekarbonisasi Konstruksi Jadi Fokus Utama Insinyur dan Industri di Indonesia

Dekarbonisasi Konstruksi Jadi Fokus Utama Insinyur dan Industri di Indonesia

Harga Pangan Hari Ini 5 Desember 2025 Turun, Beras Premium dan Medium Lebih Terjangkau

Harga Pangan Hari Ini 5 Desember 2025 Turun, Beras Premium dan Medium Lebih Terjangkau

OJK Jelaskan Skema Koordinasi Manfaat Asuransi dan BPJS Kesehatan

OJK Jelaskan Skema Koordinasi Manfaat Asuransi dan BPJS Kesehatan