Kemenkes Himbau Masyarakat Waspada DBD dan Leptospirosis Pasca Banjir
- Kamis, 04 Desember 2025
JAKARTA – Sejumlah wilayah di Sumatra, termasuk Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, baru-baru ini dilanda banjir bandang dan tanah longsor.
Pasca bencana, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap potensi peningkatan penyakit menular, khususnya demam berdarah dengue (DBD) dan Leptospirosis.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Agus Jamaludin, menyampaikan bahwa genangan air yang tersisa pasca-banjir dapat menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor penyebab DBD. “Kondisi pasca-banjir berpotensi menyebabkan meningkatnya kasus DBD dan Leptospirosis karena genangan air sisa banjir dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk penyebab DBD,” ujarnya.
Baca JugaSamsat Keliling Jadetabek Hari Ini, Mempermudah Bayar Pajak Kendaraan
Selain DBD, Leptospirosis juga menjadi perhatian utama. Penyakit ini dapat muncul akibat kontaminasi air oleh urine tikus, yang sering tersebar di area pengungsian setelah banjir. Agus menekankan bahwa masyarakat perlu memahami risiko ini agar dapat melakukan tindakan pencegahan sejak dini.
“Peningkatan risiko Leptospirosis muncul karena banjir dapat menyebabkan kontaminasi air akibat distribusi urine tikus ke area pengungsian,” tambah Agus. Situasi seperti ini memperlihatkan betapa pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tengah kondisi darurat.
Pentingnya PHBS di Area Terdampak Banjir
Kemenkes menekankan bahwa upaya pencegahan penyakit pasca-banjir tidak hanya mengandalkan intervensi medis, tetapi juga keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Agus menyebut, masyarakat dapat melakukan langkah-langkah sederhana untuk mencegah penyebaran penyakit, termasuk menjaga kebersihan tubuh, memastikan makanan dan air aman dikonsumsi, serta mengelola lingkungan pengungsian agar tetap kering dan bebas genangan.
Menerapkan PHBS tidak hanya melindungi individu, tetapi juga mencegah munculnya wabah yang lebih luas. Dalam konteks ini, edukasi kesehatan masyarakat menjadi krusial agar masyarakat terdampak memahami risiko dan langkah pencegahan yang efektif.
Enam Langkah Antisipasi Penyakit
Agus merinci enam langkah konkret yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi lonjakan kasus DBD dan Leptospirosis:
- Kebersihan pribadi: Rutin mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan tubuh, dan selalu memakai alas kaki untuk menghindari luka serta mengurangi risiko leptospirosis.
- Konsumsi makanan dan minuman aman: Pastikan makanan matang sebelum dikonsumsi dan gunakan air yang bersih dan aman untuk diminum.
- Lingkungan pengungsian: Usahakan area pengungsian tetap kering dan bebas genangan air, karena genangan menjadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak.
- Pengelolaan sampah dan fasilitas darurat: Buang sampah pada tempatnya, gunakan toilet darurat dengan benar, dan pastikan luka ditutup rapat untuk mencegah infeksi.
- Pencegahan DBD: Tetap menerapkan langkah 3M plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air, ditambah penggunaan obat nyamuk dan larvasida.
- Pantau kesehatan: Segera periksakan diri ke pos kesehatan atau fasilitas kesehatan terdekat bila mengalami gejala seperti diare, infeksi saluran pernapasan (ISPA), atau gatal-gatal.
Waspada Terhadap Penyakit Lain
Kemenkes juga mengingatkan bahwa kondisi pasca-banjir tidak hanya berisiko memunculkan DBD dan Leptospirosis. Berbagai penyakit menular lain dapat muncul jika pengelolaan lingkungan dan kebersihan tidak diperhatikan. Agus menekankan perlunya koordinasi antara pemerintah daerah, tenaga medis, dan masyarakat agar langkah pencegahan dapat berjalan efektif.
“Masyarakat diimbau menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sederhana untuk mencegah penyakit,” jelas Agus. Langkah ini dianggap krusial dalam menekan risiko wabah yang berpotensi muncul akibat tergenangnya wilayah terdampak banjir.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Selain upaya individual, Kemenkes bekerja sama dengan pemerintah daerah dan organisasi kemanusiaan untuk memastikan pasokan air bersih, makanan aman, dan fasilitas kesehatan yang memadai bagi pengungsi. Intervensi medis dan edukasi kesehatan menjadi bagian dari strategi terpadu untuk mencegah meningkatnya kasus penyakit pasca-banjir.
Agus menegaskan bahwa kesiapsiagaan masyarakat, didukung intervensi pemerintah, akan menentukan sejauh mana risiko penyakit dapat diminimalkan. “Kondisi pasca-banjir memerlukan kewaspadaan tinggi terhadap penyebaran penyakit, tidak hanya yang sudah muncul tetapi juga potensi penyakit lain,” ujarnya.
Dengan kesadaran dan langkah pencegahan yang tepat, masyarakat dapat melindungi diri dan lingkungan sekitar dari ancaman DBD, Leptospirosis, serta penyakit lain yang berisiko meningkat pasca-banjir. Kemenkes menekankan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan untuk menjaga kesehatan masyarakat di wilayah terdampak.
Mazroh Atul Jannah
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
IPB University Siapkan Proyek Strategis Ambisius untuk Periode Mendatang
- Jumat, 05 Desember 2025
Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional
- Jumat, 05 Desember 2025
Harga Pangan Hari Ini 5 Desember 2025 Turun, Beras Premium dan Medium Lebih Terjangkau
- Jumat, 05 Desember 2025
Berita Lainnya
Pelaku Properti Syariah Didorong Berperan Aktif Wujudkan Program Perumahan Nasional
- Jumat, 05 Desember 2025
Dekarbonisasi Konstruksi Jadi Fokus Utama Insinyur dan Industri di Indonesia
- Jumat, 05 Desember 2025
Harga Pangan Hari Ini 5 Desember 2025 Turun, Beras Premium dan Medium Lebih Terjangkau
- Jumat, 05 Desember 2025
Terpopuler
1.
Lippo Siap Luncurkan Rumah Murah HWB Purwakarta Segera
- 05 Desember 2025
2.
3.
4.
DHL Express Investasi Besar Bangun Gateway Logistik Modern Surabaya
- 05 Desember 2025
5.
Spesifikasi dan Harga Samsung S24 FE di Indonesia
- 05 Desember 2025







